OPINI
Berdamai bukan Bersantai dengan Covid-19
Dh Farid W. Husain, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Pernah bekerja sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Kemenkes RI
Skenario kedua, gelombang pertama Covid-19 pada musim semi 2020 diikuti oleh gelombang yang lebih besar di musim gugur atau musim dingin tahun 2020 dan satu atau lebih gelombang berikutnya yang lebih kecil terjadi pada tahun 2021.
• Ini Daftar Nama-nama 77 Perwira Tinggi Polri Naik Pangkat dari Kombes ke Jenderal Bintang 1, 2 dan 3
Setelah pelonggaran, pola ini akan membutuhkan langkah-langkah mitigasi berikutnya pada musim gugur dalam upaya untuk menurunkan penyebaran infeksi dan mencegah sistem perawatan kesehatan kewalahan.
Skenario ketiga, gelombang pertama COVID-19 pada musim semi 2020 diikuti oleh ‘pemusnahan secara lambat’ yang berkelanjutan, tetapi tanpa pola gelombang yang jelas.
Sama seperti pada skenario kedua, pola ini mungkin agak berbeda secara geografis dan dapat dipengaruhi oleh tingkat tindakan mitigasi di berbagai bidang.
Apa pun skenario yang terjadi studi CIDRAP dengan jelas menunjukkan bahwa Covid-19 belum akan lenyap sebagai masalah kesehatan selama 18 hingga 24 bulan mendatang.
Tetap diperlukan langkah-langkah mitigasi yang signifikan, dengan titik-titik lokasi penularan yang bermunculkan secara berkala di berbagai wilayah geografis.
Bagi negara seperti Indonesia yang menghadapi tekanan ekonomi yang besar bersamaan dengan krisis kesehatan publik, ini merupakan kenyataan berat.
Tampaknya arah yang ditempuh adalah menetapkan kebijakan berdamai dengan Covid-19 ketimbang melanjutkan perang.
Lonjakan pengangguran, berhentinya sebagian besar sektor usaha, bertambahnya jumlah kemiskinan mau tak mau memaksa otoritas untuk menggerakkan kembali roda perekonomian.
Rekomendasi Kebijakan
Menghadapi kenyataan pelik ini, tantangan terbesar dewasa ini adalah menyadarkan sekaligus meraih kepercayaan publik untuk secara bersama-sama menyatukan langkah menghadapi kenyataan-kenyataan baru pandemi Covid-19.
Diperlukan komunikasi persuasif namun jujur tentang skenario yang mungkin berlangsung, termasuk skenario terburuk.
Pergeseran kebijakan dari ‘perang’ menjadi ‘berdamai’ seyogyanya tetap diikuti oleh pengutamaan perlindungan terhadap kesehatan publik, terutama kepada tenaga medis yang berada di front terdepan.
• Buku Tau, Manusia Bugis: 5 Kategori Sanro atau Dukun yang Dikenal Orang Bugis
Kritik sosial dari tenaga medis berupa sindiran Indonesia Terserah tidak dapat dianggap enteng karena dapat bertransformasi menjadi apatisme profesional yang berlanjut kepada apatisme publik.
Komunikasi yang menimbulkan persepsi adanya pelonggaran standar protokol penanganan Covid-19 hendaknya dihindari.