Di-PHK di Jakarta, Rio Mudik Jalan Kaki ke Solo, Tetap Puasa dan Iba Pemilik Warung
Di-PHK di Jakarta, Rio Mudik Jalan Kaki ke Solo, Tetap Puasa dan Iba Pemilik Warung
"Saya mencoba naik angkutan umum, tapi sangat mahal, Rp 500.000 tarifnya. Terus yang datang bukan bus tapi Elf, dan penumpangnya melebihi kapasitas," terang Rio.
Lalu, Rio mencoba untuk menyewa mobil.
Sayangnya, saat sampai di Cikarang, dirinya diminta untuk putar balik oleh petugas.
"Akhirnya saya minta uangnya. Paginya saya berangkat lagi pinjam kendaraan pribadi. Sampai di Cikarang harus balik, harus ribut dulu sama petugas. Saya tetap mengotot untuk pulang karena di-PHK tidak ada pendapatan, terus mau ke mana?" sambung Rio.
Setelah itu, dirinya menyadari, salah satu cara untuk bisa sampai ke Solo adalah jalan kaki.
Pada hari Senin (11/5/2020), Rio pun mulai berjalan kaki dari Cibubur, Jakarta Timur menuju Solo.
Rio sempat berhenti untuk beristirahat di Jatisari, Pamanukan, sekitar pukul 10.00 WIB.
Setelah itu dirinya melanjutkan perjalanan dan tiba di Cirebon pada Selasa (13/5/2020) sekitar pukul 03.00 WIB.
Rio kembali melanjutkan perjalanannya sampai di Kabupaten Batang pada Rabu (13/5/2020). Rio sampai di Gringsing pada Kamis (14/5/2020) sore.
"Sampai Gringsing Kamis sore. Saya dijemput dari teman-teman Peparindo, diantar pulang ke Solo. Saya tiba di Solo hari Jumat pukul 08.00 WIB," ungkap dia.
Setelah selesai menjalani karantina, Rio mengungkapkan ingin segera berziarah ke makam kedua orangtuanya di pemakaman umum Bonoloyo, Kadipiro, Solo.
"Rencananya setelah keluar karantina saya mau ke makam orangtua di Bonoloyo," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita di Balik Sopir Bus Korban PHK Mudik Jalan Kaki dari Jakarta, Tetap Puasa dan Iba Pemilik Warung ",