Tau Manusia Bugis
Buku 'Tau, Manusia Bugis': Jenis Penyakit dan Penyebab Sakit (Lasa atau Doko) Orang Bugis
Di samping konsep tentang sehat, orang Bugis mengenal konsep tentang sakit yang dicandera dengan berbagai istilah, antara lain seperti: malasa, madoko
TRIBUN-TIMUR.COM - Di samping konsep tentang sehat, orang Bugis mengenal konsep tentang sakit yang dicandera dengan berbagai istilah, antara lain seperti: malasa, madoko, malulokkong, makelo-kelo, dan malok (terluka).
Istilah tersebut mengacu pada konsep sakit yang berarti kondisi atau keadaan fisik maupun rohani seseorang yang sedang mengalami ketidak seimbangan.
Baca tulisan sebelumnya: Buku 'Tau, Manusia Bugis': Istilah dan Konsep Sehat Orang Bugis
Faktor intern penyebab ketidakseimbangan dalam diri manusia ialah karena adanya kondisi organ-organ tubuh manusia itu sendiri yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, di samping adanya pengaruh faktor keturunan.
Sebaliknya, faktor ekstern terdiri atas beberapa unsur masing-masing adalah berupa: serangan wabah penyakit; perubahan cuaca; gangguan makhluk halus; keracunan; praktek magis; kutukan dewata; dan berbagai unsur lingkungan termasuk buatan sesama manusia.
Berdasar kedua faktor penyebab tersebut, maka orang Bugis mengenal aneka ragam jenis penyakit.
Kendati pun demikian, setiap jenis penyakit dapat dimasukkan dalam salah satu di antara dua kategori, yaitu penyakit dalam dan penyakit luar.
Menurut pengistilahan orang Bugis, penyakit dalam disebut lasa ri laleng dan penyakit luar disebut lasa ri saliweng.
Kedua jenis penyakit tersebut biasa pula disebut lasa massobbu (penyakit tersembunyi; penyakit dalam) dan lasa talle (penyakit yang nyata; sakit luar).
Selain dari istilah-istilah tersebut, orang Bugis mengenal pula pengelompokkan jenis penyakit menjadi dua kategori, masing-masing: lasa ati (penyakit hati; kejiwaan; rohaniah) dan lasa tubuh atau lasa watakkale (penyakit jasmani; gangguan kese-hatan pada bagian tuhuh).
Kategori lasa ati, di samping lasa watakkale itu bersumber dari pemahaman atau pengetahuan orang Bugis tentang diri makhluk manusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, raga dan jiwa, lahiriah dan batiniah.
Perpaduan antara kedua unsur itulah yang menjelmakan sosok tubuh manusia sebagai suatu kesatuan organisme, bersama dengan potensi yang di bawa sejak lahir ke dunia.
Tubuh manusia yang berbentuk ragawi (ale) menurut konsepsi budaya orang Bugis, merupakan hasil perpaduan dari empat zat alamiah, yaitu: tanah, air, angin, dan api, sedangkan aspek rohaniah dikenal sebagai sumangek (sukma).
Dalam hal ini tubuh manusia dipandang tidak lebih hanya sehagai tempat berdiam bagi sukma, untuk suatu jangka waktu tertentu.
Sumangek dan ale harus selalu dijaga agar tidak meninggalkan atau jauh dari wadah kasar (watang) yang berupa tubuh manusia.