Rumah Ramadhan
Kejujuran dan Keraguan
Ditulis Firdaus Muhammad, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Oleh: Firdaus Muhammad
(Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar dan Ketua Komisi Dakwah MUI Sulsel)
Dalam membangun keluarga sakinah, kejujuran jadi modal utamanya. Saling jujur dan terbuka dengan pasangan modal membangun kepercayaan.
Selama kepercayaan dijaga, selama itu pula rumah tangga damai tanpa konflik.
Sebaliknya, apabila dalam hubungan itu hilang kepercayaan, tentu mulai tumbuh benih keraguan.
Keraguan dan curiga akan menyiksa secara batin. Prof. M. Quraish Shihab ingatkan pasangan keluarga, jangan menabur benih keraguan.
• Setelah Tembak Istri dan TNI, Rumah Bripka Her di Jeneponto Tak Dijaga Polisi
Tidak ada hubungan antarmanusia yang sehat bila tidak disertai dengan kepercayaan timbal balik, terlebih dalam hubungan suami istri.
Setiap benih keraguan, meruntuhkan satu bata bangunan cinta.
Bangunanpun dapat runtuh bukan karena gempa, tapi batu bata dicabut satu persatu, bangunan itu akan hilang keseimbangan.
Lebih lanjut penulis Tafsir Misbah itu membuat amsal, kalau bagunan fisik yang rusak atau runtuh, masih bisa direnovasi, dibangun kembali.
Tapi kalau bangunan cinta dan sayang sebuah rumah tangga yang hancur, tidak bisa dibangun kembali.
Hati bagaikan kaca, kalau pecah, tidak bisa diperbaiki kembali.
• VIDEO: Viral Pasangan Suami Istri Bagikan Nasi Bungkus Bahagia Berisi Uang Rp 1 Juta
Demikianlah dalam keluarga perlu selalu dirawat, senantiasalah memupuknya dengan rasa cinta terus menerus, cinta tempat bertumbuhnya sakinah, mawaddah warahmah.
Problema keluarga ketika kehilangan pondasi cinta, lahirlah keraguan demi keraguan yang mengundang hilangnya kepercayaan.
Prof Quraish menegaskan, pada gilirannya akan mengubah persepsi dari indah jadi buruk, kehangatan jadi kebekuan, kasih sayang jadi kebencian.
Mungkin saja mereka tetap menjalani kehidupan rumah tangga dengan ketiadaan cinta.
Tapi pastinya tidak ada ketenangan, yang ada ketegangan. Tekanan batin berkepanjangan berujung penderitaan.
Jalan terbaik, jangan melakukan hal-hal yang memantik tumbuhnya kecurigaan.
Hindari tempat yang dapat membuat curiga pasangan, melakukan kegiatan yang mengundang kecemburuan.
Sekiranya dirasakan akan lahirnya kecurigaan dan keraguan pasangan karena tindakan kita, segeralah komunikasikan.
Bicarakan hingga meyakini pasangannya tidak menaruh curiga lagi.
Seorang istri bepergian hingga larut malam tanpa kabar, ponsel tidak dapat dihubungi, memungkinkan suaminya curiga.
Maka sang istri harus jujur demi kembalikan kepercayaan suami.
Sebaliknya suami tiba-tiba berubah penampilannya, sering bepergian di luar jam kantor, memakai wewangian dan tampak lebih rapih. Pantas jika istrinya curiga.
Nabi ingatkan, "Tidak dibenarkan seorang istri mengizinkan masuk seseorang ke rumahnya tanpa izin suaminya".
Agama mengajarkan untuk memelihara hubungan baik rumah tangga agar kepercayaan tetap tertanam tanpa cemburu, curiga.
Lalu, bagaimana bepergian bersama teman kantor sekadar makan siang berduaan, bukan suami istri tapi teman kerja.
Bagaimana pula berpergian janjian di cafe-cafe mall dengan pasangan orang lain?
Jawabannya tidak dibenarkan apapun dalihnya. Kalau profesional, bawa pasangan hadir bersama-sama untuk bicarakan hal-hal penting.
Justru hal itu membanggakan pasangan ketika turut dilibatkan mengambil keputusan penting.
Kata orang bijak, jangan menanam benih keraguan karena itu jadi jendela untuk melihatmu orang yang patut tidak dipercaya.
Hubungan suami istri langgeng selama mampu membungkus cemburu curiga dengan kejujuran.
Tidak ada lagi keraguan setelah kejujuran.