Rumah Ramadhan
Kejujuran dan Keraguan
Ditulis Firdaus Muhammad, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Mungkin saja mereka tetap menjalani kehidupan rumah tangga dengan ketiadaan cinta.
Tapi pastinya tidak ada ketenangan, yang ada ketegangan. Tekanan batin berkepanjangan berujung penderitaan.
Jalan terbaik, jangan melakukan hal-hal yang memantik tumbuhnya kecurigaan.
Hindari tempat yang dapat membuat curiga pasangan, melakukan kegiatan yang mengundang kecemburuan.
Sekiranya dirasakan akan lahirnya kecurigaan dan keraguan pasangan karena tindakan kita, segeralah komunikasikan.
Bicarakan hingga meyakini pasangannya tidak menaruh curiga lagi.
Seorang istri bepergian hingga larut malam tanpa kabar, ponsel tidak dapat dihubungi, memungkinkan suaminya curiga.
Maka sang istri harus jujur demi kembalikan kepercayaan suami.
Sebaliknya suami tiba-tiba berubah penampilannya, sering bepergian di luar jam kantor, memakai wewangian dan tampak lebih rapih. Pantas jika istrinya curiga.
Nabi ingatkan, "Tidak dibenarkan seorang istri mengizinkan masuk seseorang ke rumahnya tanpa izin suaminya".
Agama mengajarkan untuk memelihara hubungan baik rumah tangga agar kepercayaan tetap tertanam tanpa cemburu, curiga.
Lalu, bagaimana bepergian bersama teman kantor sekadar makan siang berduaan, bukan suami istri tapi teman kerja.
Bagaimana pula berpergian janjian di cafe-cafe mall dengan pasangan orang lain?
Jawabannya tidak dibenarkan apapun dalihnya. Kalau profesional, bawa pasangan hadir bersama-sama untuk bicarakan hal-hal penting.
Justru hal itu membanggakan pasangan ketika turut dilibatkan mengambil keputusan penting.
Kata orang bijak, jangan menanam benih keraguan karena itu jadi jendela untuk melihatmu orang yang patut tidak dipercaya.
Hubungan suami istri langgeng selama mampu membungkus cemburu curiga dengan kejujuran.
Tidak ada lagi keraguan setelah kejujuran.