Tribun Nongki
Cerita Edwin Penyintas Covid-19, Dikucilkan Sebagian Kerabat dan Tetangga hingga Dianggap Aib
Edwin Donald (46), warga Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, merupakan seorang penyintas Covid-19.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Edwin Donald (46), warga Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, merupakan seorang penyintas Covid-19.
Edwin dinyatakan sembuh dari penyakit yang telah menewaskan seribuan orang di Indonesia.
Ia dinyatakan positif pada 1 April 2020. Ia melalui masa karantina selama 16 hari di RS Pelamonia dan dinyatakan sembuh setelah tiga kali melakukan swab test dengan hasil negatif.
Edwin tak pernah menduga dia akan terpapar Virus Corona. Gejala awal sesak napas dan tak bisa makan dianggapnya adalah efek sakit maag yang memang ia sudah derita.
Dua rumah sakit kemudian ia datangi untuk memeriksakan keluhannya. Edwin meminta untuk dirawat inap, khawatir penyakitnya parah, bahkan kemungkinan terburuk positif Corona.
Namun dua rumah sakit tersebut menolak permintaannya.
"Saya tidak bisa makan, kondisi drop, dokter bilang ini asam lambung. Saya ke RS minta rawat inap, tapi ditolak katanya tak perlu," cerita Edwin kala menjadi narasumber di Tribun Nongki, Sabtu (16/5/2020).
Di rumah, kondisi Edwin semakin drop. Ia juga sudah mulai batuk dan demam, suhu tubuhnya mencapai 39 derajat.
Tanggal 26 Maret, ia kemudian memutuskan memeriksakan diri lagi di RS Pelamonia yang menjadi RS rujukan Covid-19. Tak perlu lama, dokter memutuskan mengisolasi Edwin dengan status PDP.
"Saya ke Pelamonia langsung diisolasi. Saya sudah pasrah gak bisa makan, segala sesuatu saya rasa tak enak, tekanan darah saya 80/60," kenangnya.
Beberapa hari kemudian, Edwin ditelepon dan mendapat kabar bahwa dirinya positif Covid-19.
Edwin sempat shock, khawatir nyawanya tak tertolong setelah dinyatakan positif.
"Jujur saja saya takut, karena di awal pikiran saya dengan berbagai macam berita, jangan-jangan saya akan mati seperti yang lain. Syukurnya dokter dan perawat di RS memberi support ke kami," katanya.
Ada satu cerita menarik, saat divonis positif Corona, Edwin sama sekali tak memberi tahu keluarganya.
Keluarga besarnya bahkan baru tahu jika Edwin terpapar virus, setelah dia dinyatakan sembuh.
"Saya tak memberitahu hasil swab. Keluarga tahu saya masuk RS sebagai pasien sakit lambung dan maag. Saya pendam sendiri. Takut keluarga ikut drop dan panik kalau saya beritahu mereka," ungkap Edwin.
Dinyatakan sembuh, Edwin kembali menghadapi situasi kurang mengenakkan, sebagian kerabat hingga tetangganya takut mendekat ke Edwin. Mereka menganggap Edwin masih bisa menularkan virus.
"Keluarga ada yang terima, ada yang parno (paranoid). Di sekitar rumah saya juga takut. Ada beberapa orang anggap ini aib, ada juga beberapa yang kasih support. Ada juga yang membisik ke tetangga lain, katanya hati-hati dengan saya," tuturnya.
Kini Edwin mulai menjalani lagi rutinitasnya seperti bisa usai terbebas dari Covid-19. Ia berusaha menjaga pola hidup sehat, tak mau lagi terpapar virus ini.
"Saya mulai memperbanyak asupan gizi dan vitamin. Saya tak mau lagi diisolasi. Isolasi itu paling tidak menyenangkan, berhadapan tembok di sebuah ruangan. Seperti di penjara. Untungnya dokter dan perawat selalu ada bersama kami, senyuman mereka sangat berharga," kenangnya.
Selain menjaga kesehatan, ia juga berpesan ke masyarakat untuk selalu menjaga pikiran agar tetap positif.
"Menjaga pikiran tetap positif itu penting, agar tidak mengganggu tubuh, perasaan, dan semangat. Kalau pikiran terganggu, kita ketakutan, makan pun tak enak tapi kalau pikiran terjaga, semua akan baik-baik saja," jelasnya.(*)
Laporan Wartawan tribun-timur.com @Fahrizal_syam
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: