Proyek Perkebunan Sulsel
Benih Perkebunan Berpagu Rp 8,547 Miliar Ditender, Andi Ardin: Pertanian Tidak Boleh Berhenti
Dilansir laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Sulsel, Kamis (14/5/2020), ada delapan paket benih perkebunan yang ditender.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sulsel melakukan tender sembilan paket benih perkebunan, dengan total pagu Rp 8,547 miliar.
Dilansir laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Sulsel, Kamis (14/5/2020), ada delapan paket benih perkebunan yang ditender.
Benih tersebut terdiri atas empat komoditi antara lain, pala, kakao, kelapa dan kopi.
Pagu terbesar yakni, paket pengadaan benih siap tanam peremajaan tanaman kopi Arabika di Toraja Utara, dengan pagu Rp 3,08 miliar, statusnya masih meng-upload-an dokumen penawaran.
Sementara pagu terkecil pengadaan benih siap tanam peremajaan tanaman kelapa di Barru, dengan pagu Rp 264 juta, statusnya pemberian penjelasan. (Lengkapnya lihat di akhir berita)
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sulsel Andi Ardin Tjatjo mengatakan, saat ini Sulsel bahkan Indonesia dihadapkan tiga masalah.
"Yakni pandemi Covid-19, persoalan iklim kering yang diramalkan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) akan menimpa Sulsel dan bagaimana membangkitkan ekonomi kita yang turun akibat badai Corona," ujar Ardin via pesan WhatsApp, Kamis (14/5/2020).
Pertanian, lanjut dia, merupakan katub pengaman ekonomi Sulsel, yang tidak boleh berhenti.
"Untuk mengantisipasi ketersediaan air, maka kita harus memastikan sarana produksi kita berupa bibit (benih) bisa secera cepat diterima petani di lapangan," ujarnya.
"Untuk benih pangan umumnya sudah e-catalog. Sedangkan benih perkebunan belum e-catalog. Baru ini yang berjalan," jelasnya.
Proses tender paket ini, kata Ardin bertujuan untuk peningkatan produksi perkebunan di Sulsel
"Kita berupaya pertahankan, kalau bisa kita naikkan. Apalagi harga ekspor alhamdulillah tidak terpengaruh," ujarnya.
Menurutnya, market dalam negeri sedikit terganggu dengan tutupnya restauran, kafe dan warkop.
"Sehingga pegerak ekonomi kita adalah komsumsi rumah tangga yang kita tingkatkan dan menaikkan daya beli masyarakat, komsumsi rumah tangga terbesar adalah sektor pertanian. Untuk itu pertamian tidak boleh berhenti," ujarnya.
Terkait empat komoditi yang ditender, dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Khusus nilai ekspor Kakao pada triwulan pertama 2020 mengalami penurunan 59,20 persen.