Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Virus Corona

Jokowi Minta 'Berdamai dengan Corona', Guru Besar Unhas Ingatkan soal PSBB Terancam Dihentikan Warga

Jokowi minta "berdamai dengan Virus Corona'', Guru Besar Unhas ingatkan soal PSBB terancam dihentikan warga

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI DAN DOK KOMPAS.COM
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Irawan Yusuf PhD (kiri) dan Presiden RI, Jokowi. 

Mengutip analisis sejarah pandemi wabah dunia, Irawan Yusuf menyebutkan social ending adalah satu dari dua cara mengakhiri pandemi.

Yang pertama adalah penanganan medik dan pemanfaatan infrastruktur kesehatan masyarakat, seperti yang dijalankan 2 bulan terakhir.

Kejenuhan dan kebingungan publik ini bisa membuncah, jika data korban Covid-19 yang disampaikan menunjukkan kurva landai, sementara fakta lapangan kebijakan pembatasan mobilitas orang, mulai banyak dilanggar, di sisi lain, pemerintah terkesan diskriminatif.

Selain pilihan medik, kata Irawan Yusuf, ada juga pilihan bahwa biarkan populasi membentuk imunitasnya sendiri secara alami.

“Sudah biarkan saja, infeksi ini berjalan. Kalau sudah 60 persen warga yang terinfeksi dan mereka tetap sehat. Makan akan timbul kekebalan, imunitas dalam satu populasi," kata dokter di RS Siloam Makassar ini.

Namun kebijakan "pembembentukan imunitas” ini sangat berisiko, dan akan menelan ongkos ekonomi, dan sosial yang sangat besar.

Dicontohkan, kebijakan Perdana Menteri Inggris Borris Johnson dan PM Belanda Mark Rutte, adalah dua pemimpin negara maju yang cenderung memilih kebijakan “self immune” ini.

Andai kebijakan ini ditempuh, Irawan Yusuf mencontohkan kota Makassar.

Dengan 1,5 juta populasi, misalnya yang terpapar 60 persen, berarti sekitar 600 ribu akan terinfeksi.

Lalu, angka kematian diambil rata-rata 4 persen, berarti akan ada 36 ribu warga yang meninggal dunia.

Namun siapkah fasilitas dan layanan rumah sakit menghadapi ini?

“Ini risikonya terlalu besar, lama, dan akan memakan ongkos besar. Disiplin menerapkan PSBB, memassifkan test PCR, sambil menunggu datangkan vaksin, adalah langkah terbaik yang bisa dilakukan.”

Jumlah Kasus Kembali Melonjak Tajam

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, mengumumkan bahwa masih ada penambahan kasus Covid-19 di Indonesia.

Berdasarkan data pemerintah hingga Rabu (13/5/2020) pukul 12.00 WIB, total ada 15.438 kasus Covid-19 di Indonesia, sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020. Jumlah tersebut disebabkan adanya 689 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved