Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Update Corona Maros

Dampak Corona, Pedagang Busana Muslim di Maros Tak Lagi Ramai Pembeli

Pedagang pernak-pernik Ramadhan dan busana muslim yang meraup untung berlipat ganda, kini harus sepi pembeli.

Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Hasriyani Latif
AM Ikhsan/Tribunmaros.com
Pedagang busana muslim di Masjid Al-Markaz Maros, Zainuddin 

TRIBUNMAROS.COM, TURIKALE - Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, pedagang pernak-pernik Ramadhan dan busana muslim yang meraup untung berlipat ganda, kini harus sepi pembeli.

Hal ini merupakan imbas dari merebaknya covid-19. Seperti yang dirasakan oleh pedagang di Masjid Al Markaz Al-Islami, Maros, Sulawesi Selatan.

Sejak dikeluarkannya imbauan bersama pemerintah terkait peniadaan salat Jumat dan juga salat tarawih di masjid, omset pedagang busana muslim di masjid itu langsung turun drastis.

Jika pada tahun sebelumnya mereka mampu menjual hingga Rp 5 juta sehari kini mereka sudah bersyukur jika bisa menjual satu helai per hari.

"Kalau Ramadhan tahun-tahun lalu itu, kita bisa menjual sampai Rp 5 juta per hari. Tapi sekarang ini, syukur-syukur kalau ada satu pembeli," ujar Pedagang, Zainuddin, Sabtu (9/5/2020).

"Tahun lalu kan masjid kita ini ramai karena dipakai Salat Tarawih dan Jumat. Sekarang tidak karena ada corona itu," lanjutnya.

Masjid Al Markaz ini memang menjadi salah satu pusat penjualan busana muslim yang ada di Maros.

Selain karena masjid ini ramai saat Ramadhan, dan mampu menampung sekitar 5.000 jamaah, masjid ini juga jadi tempat persinggahan pemudik dari Makassar ke daerah-daerah lain karena berada tepat di jalan poros.

"Di sini kan memang masjid paling ramailah di Maros, apalagi kalau Ramadhan begini. Kalau akhir Ramadhan juga, masjid ini jadi tempat orang dari Makassar mau ke daerah-daerah mudik. Sekarang, mudik juga dilarang, makanya tambah sepi," jelasnya.

Para pedagang ini mengaku terpaksa tetap membuka dagangan mereka, agar bisa tetap bertahan hidup di tengah pandemi covid-19.

Beruntung, masih ada beberapa warga yang datang melaksanakan salat lima waktu berjamaah dan kerap singgah berbelanja.

"Bagaimana lagi, hanya ini mata pencaharian kami di sini. Mau tidak mau harus tetap bertahan dengan membuka. Kan masih ada juga beberapa warga yang datang salat lima waktu, jadi kadang mereka singgah beli apa begitu," ungkapnya.

Meski begitu, disisi lain ia mengaku tidak mengambil modal besar dari pinjaman bank, seperti yang biasa mereka lakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Sehingga, mereka tidak terlalu repot memikirkan hutang modal yang harus mereka bayarkan.

"Kalau dulu bisa sampai pinjam ke bank untuk tambah modal, untungnya sekarang kita tidak lakukan itu, jadi tidak terlalu repot. Dulu kan sebelum masuk Ramadhan saja, penjualan seperti peci sudah lumayan banyak," sebutnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved