Inspirasi Ramadhan
Sayang dan Kasihan
Ditulis Syamril, Rektor Kalla Business School dan Ketua DKM Al Ukhuwwah Bukit Baruga Makassar
Oleh: Syamril
Rektor Kalla Business School dan Ketua DKM Al Ukhuwwah Bukit Baruga Makassar
Anak yang baru mulai berpuasa terasa sangat berat terutama di puasa pertama awal Ramadhan. Sampai pukul 15.00 mungkin masih kuat. Masuk sore hari pukul 17 sudah tidak kuat.
Sudah menangis ingin makan dan minum. Sebagai orang tua ada dua pilihan. Apakah membiarkannya makan dan minum atau memotivasinya untuk bersabar 1 jam lagi sampai waktu buka puasa.
Menentukan pilihan tindakan bisa karena ‘sayang’ atau ‘kasihan’. Jika karena ‘kasihan’ maka diperbolehkan makan dan minum.
Kasihan membuat kita tidak tega. Berpikirnya cenderung jangka pendek.
• Lionel Messi dkk Mulai Latihan, Real Madrid Tunggu Hasil Tes Covid-19
Beda dengan cara pandang ‘sayang’. Lebih berpikir jangka panjang. Tindakannya memotivasi anak untuk bersabar menunggu buka puasa. Tinggal 1 jam lagi.
Ini pembelajaran untuk berjuang sampai akhir. Tidak menyerah di ujung perjalanan. Jika berhasil sampai akhir maka ada kenikmatan tersendiri dan menjadi pengalaman pertama bahwa dia bisa berpuasa.
Jika hari pertama berhasil maka hari selanjutnya akan lebih mudah. Hal ini juga terjadi dalam pola asuh anak. Ada dua pola yaitu ‘kasihan’ dan ‘sayang’.
Jika aliran ‘kasihan’ yang dipakai maka anak cenderung dimanjakan. Segala keinginannya dipenuhi meskipun belum masanya.
Berbeda dengan aliran ‘sayang’. Keinginan anak tidak akan semuanya dipenuhi. Dilihat kebutuhannya.
Juga usia dan dampak bagi perkembangan psikologisnya.
Mendidik anak dengan paradigma ‘sayang’ akan membantu anak untuk mandiri. Siap menghadapi kondisi yang tidak ideal.
Juga akan membantu anakk mampu membedakan keinginan dan kebutuhan serta bersabar terhadap berbagai keinginan yang tiada batasnya.
Bulan Ramadhan hadir dengan berbagai aktivitas ibadah di dalamnya. Mari manfaatkan untuk melatih anak-anak kita untuk mengelola dirinya. Semoga berhasil. (*)