Mengenal Batik Pa’teddong dari Toraja Provinsi Sulawesi Selatan
47 Motif batik Sulawesi sangat beragam yang dibuat berdasarkan filosofi dan kondisi sosial budaya masyarakat serta lingkungan alam setempat.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Penting untuk diketahui bahwa wilayah di Indonesia yang tidak terlansir pengaruh Hindu seperti Toraja pernah berkembang batik yang dibuat dengan teknik wax-resist dyeing.
Teknik tersebut adalah sebutan internasional dari teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain.
Posisi geografis Toraja yang terisolasi di pegunungan, membuat para ahli menduga lokasi ini adalah tempat dimana batik berasal.
Coraknya tidak dipengaruhi India sebagaimana sejarah batik Jawa yang dikenalkan pada jaman Raja Lembu Amiluhur (Jenggala), sehingga batik Toraja ini memunculkan teori boleh jadi Indonesia juga melahirkan batik pertama.
Ada yang disebut Pa’teddong yang berarti kepala kerbau dan menjadi lambang kebesaran di daerah Toraja.
Ukiran ini biasa terlihat di dinding kantor pemerintahan,digunakan sebagai hiasan dlm buku panduan MP3EI, bungkus kopi bubuk, pernah juga terlihat sebagai hiasan dinding di beberapa sinetron,(mungkin ada krunya orang Toraja).Namun, tahukan Anda apa makna filosofi yang terkandung pada ukiran ini.
Makna filosofi dari ukiran ini yaitu:
1.Lambang kesejahteraan bagi masyarakat Toraja
2.Lambang kemakmuran dan lambang kehidupan orang Toraja dimana rumpun keluarga diharapkan dapat menternakkan kerbau
Jangan Mati Sebelum Ke Toraja
Inilah slogan yang pernah dikumandangkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo untuk menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara agar mengunjungi Sulawesi Selatan dan terkhusus untuk Kabupaten Tana Toraja.
Slogan ini menggambarkan bahwa belum lengkap perjalanan wisata anda jika belum pernah memijakkan kaki di salah satu daerah wisata Sulawesi Selatan ini.(*)
Follow akun instagram Tribun Timur:
(*)