Narasi Ramadhan
Pandemi Corona itu: Hidangan dari Langit
Syay’, dengan kata lain, bisa disebut sebagai “ujian yang sedikit” saat seseorang dihadapkan dengan rahmat Tuhan yang begitu luasnya
Tak ketinggalan kalangan swasta juga ikut andil, termasuk inisiasi-inisiasi perorangan, tiada hari tanpa berbagi.
Tangan-tangan yang tulus ini bagaikan para Malaikat yang mengantarkan Hidangan-hidangan dari langit.
Ibaratnya, mereka menjadi perpanjangan para Nabi, para Wali, para Orang Saleh, hadir saat dibutuhkan.
Menghadirkan hidangan langit, yang tidak saja berupa makanan yang lezat mengeyangkan, bahan pokok, masker tapi juga bimbingan keagamaan secara online.
Seperti kisah permintaan pengikut Nabi Isa as. yang memohon diturunkan hidangan dari langit, dan dikabulkan (QS Al Maidah:112).
• TGB Zainul Majdi Dapat Penghargaan Islam Moderat dari Al Azhar Mesir, Isyarat Jadi Menteri?
• Punggawa dan Punggawi KKS Mesir
Ini adalah modal sosial, aset terbesar, warisan rakyat Indonesia untuk bersama melawan penyebaran virus COVID-19. Gotong royong, jiwa filantropi ini menjadi jati diri bangsa juga sebagai tanda bahwa kita masih benar-benar beragama.
Benar kata Baginda Rasulullah, tetangga kita itu adalah 40 rumah, ke kanan, kiri, belakang dan depan.
Al-Hafidz Ibn Hajar menyatakan, Tetangga mencakup Muslim maupun non Muslim, ahli ibadah maupun ahli maksiat, teman dekat maupun musuh, pendatang maupun penduduk asli, yang suka membantu maupun yang suka merepotkan, yang dekat maupun yang jauh, yang rumahnya berhadapan maupun yang bersingkuran.
Tetangga dengan berbagai karakternya, masing-masing perlu dibantu dan disikapi dengan baik sesuai keadaannya.
Sebutlah wabah ini cobaan. Biar lebih nikmat dan membawa hikmah, kita istilahkan hidangan dari langit.
Hidangan dari langit, bisa juga berupa pikiran-pikiran nalar sehat bagaimana kita tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, bermunculanlah kebijakan kerja dari rumah, beribadah dari rumah, belajar dari rumah.
Kita tidak lagi akan kembali ke masa sebelum Corona, bisa rapat berjam-jam di hotel mewah, kita sudah berada dalam suasana bekerja secara online, bisa jadi nantinya kita tidak lagi membutuhkan 5 hari kerja di kantor, 6 hari bersekolah, cukup 1-2 hari di sekolah atau di kampus, selebihnya di rumah.
Hidangan dari langit, bisa juga ditandai dengan hadirnya tokoh-tokoh yang memikirkan bagaimana ketahanan pangan kita ke depan, terkait ketersediaan, keterjangkauan, serta kualitas dan keamanan pangan untuk beberapa bulan bahkan beberapa tahun ke depan.
Ada yang memikirkan bagaimana agar karyawan dan buruh tidak di PHK, tidak digaji tapi diganti dengan penyediaan bahan pokok hinga berhentinya wabah.
Ujian kehidupan ini harus kita hadapi bersama-sama, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (Q.S. al-Baqarah [2]: 155)
