Kolom Ahmad M Sewang
Renungan Menjelang Ramadan
Menurut penyair Mesir, Ahmad Syauqi, jika ada bangsa atau umat sulit bersatu, maka yang bisa menyatukan adalah musuh bersama.
Oleh: Ahmad M. Sewang
Guru Besar UIN Alauddin Makassar - Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Masjid Mubalig Indonesia Muttahidad (IMMIM)
SEKALI lagi, kita perlu mengambil hikmah dalam pandemi virus corona yang menimpa bangsa seluruh dunia.
Salah satu problema keumatan adalah kesulitan bersatu, saling curiga satu sama lain, bahkan saling bunuh, seperti yang sedang terjadi di Timur Tengah.
Tak ada hari tampak pembunuhan. yang dibunuh adalah muslim dan yang membunuh juga muslim.
Tidak puas dengan itu, kedua belah pihak yang berseteru masing-masing mengundang adikuasa: US dan Rusia, untuk membunuh saudaranya sendiri.
Semakin banyak yang tewas, sepertinya mereka semakin puas dan gembira. Hal ini karena yang dianggap zuama, tidak ingat lagi peringatan Nabi.
• 1 Rekannya Positif Covid-19, 17 Jamaah Ijtimah Gowa di Bulukumba Dikategorikan OTG
• Nasib Guru Ngaji di Tengah Pandemi Corona
Mereka larut berkebihan cinta dunia dan lupa bahwa semua itu merupakan fatamorgana yang bersifat sementara."
Dengan datangnya covid-19, diharapkan bisa mebawa kesadaran baru untuk menggalang persatuan.
Sebab menurut penyair Mesir, Ahmad Syauqi, jika ada bangsa atau umat sulit bersatu, maka yang bisa menyatukan adalah musuh bersama.
Musuh bersama sekarang adalah musibah covid-19. Syauqi bersyair,
إن المصاءب يجمعن ألمصابين
"Sesungguhnya musibah dapat menyatukan orang-orang yang terkena musibah." (Lihat الصحوة h. 135).
Adalah pengkhianatan besar, apabila kita membiarkan atau menenggelamkan umat ke dalam lautan perdebatan sekitar masalah furuiah atau cabang-cabang akidah yang sejak dahulu kala sampai sekarang jadi perdebatan tak berujung, bahkan di antara mereka ada yang saling menyesatkan dan mengafirkan.
Tetapi pada saat yang sama kita melupakan problematika umat di depan mata yaitu sejumlah keprihatinan yang mungkin kita sendiri menjadi bagian dari padanya.
Kondisi semacam ini membuat Ibnu Umar dengan nada keras menjawab pertanyaan penduduk Irak tentang hukum terkena darah nyamuk pada waktu ihram.