Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Virus Corona

Deretan 15 Negara Bebas Virus Corona, Ternyata Ini Rahasianya

andemi Virus Corona atau Covid-19 terus membuat masyarakat dunia khawatir. Dari ratusan negara yang terpapar, Sudah jutaan orang terinfeksi dan ratus

Editor: Rasni
TRIBUNNEWS
Ilustrasi Virus Corona 20042020 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pandemi Virus Corona atau Covid-19 terus membuat masyarakat dunia khawatir.

Dari ratusan negara yang terpapar, Sudah jutaan orang Terinfeksi dan ratusan ribu diantaranya Meninggal Dunia.

Tercatat Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia merupakan negara dengan kasus Covid-19 terbanyak. Melebihi negara pertama yang terjangkit, China.

Sementara di sisi lain, terdapat beberapa negara yang tidak terkena virus corona. Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi?

 

Kejadiannya di Wajo, PDP Dikira Sembuh dan Gelar Syukuran, Ternyata Positif Corona

Hingga kini, terdapat 15 negara dari 193 negara anggota PBB yang belum melaporkan kasus infeksi Covid-19. Adapun negara-negara tersebut, yaitu:

Korea Utara

Komoro

Lesotho

Turkmenistan

Tajikistan

Kepulauan Marshall

Mikronesia

Kiribati

Palau

Nauru

Kepulauan Solomon

Samoa

Tuvalu

Tonga

Vanuatu

Sebelumnya, masih terdapat 18 negara yang terbebas dari virus corona, termasuk Sudan Selatan, Sao Tome dan Principe, serta Yaman.

Namun, dalam beberapa hari terakhir tiga negara tersebut melaporkan adanya kasus infeksi Covid-19.

Baca juga: 5 Kelemahan Virus Corona yang Bisa Dimanfaatkan untuk Cegah Penularan

Mengapa ada negara yang tidak terkena virus corona?

Sempat tersiar kabar bila ada kemungkinan kasus Covid-19 di negara-negara tersebut ditutup-tutupi.

Akan tetapi, menurut Michael Yao, seorang pakar tanggap darurat di WHO Afrika mengatakan bahwa kasus di Afrika tentu saja tidak mungkin tak terdeteksi atau ditutup-tutupi.

Pasalnya penyebaran virus ini sangatlah cepat sehingga adanya orang yang terinfeksi tentu akan terlihat dan pasti terdeteksi.

Beberapa ahli pun percaya iklim berperan dalam memperburuk atau menghentikan penularan virus corona. Disebutkan jika coronavirus mungkin tidak berkembang pada iklim yang hangat. Sayangnya, belum ada penelitian yang cukup mengenai hal ini.

Update Covid-19 Kabupaten Maros, Pasien Positif Bertambah

Update Corona Bantaeng: ODP Bertambah Menjadi 130 Orang

Rakyat Terkepung Corona, Negara Tersandera Mafia

Namun, perlu diingat bahwa sebagian besar negara yang belum melaporkan kasus Covid-19 merupakan negara-negara kecil Kepulauan Pasifik, serta segelintir negara di Asia dan Afrika.

Kemungkinan negara-negara tersebut bukanlah tujuan wisata, sehingga sedikitnya pelancong yang bepergian ke negara itu membuat virus belum masuk.

Bahkan sebelum terjadinya pandemi ini, negara seperti Korea Utara sudah menerapkan aturan yang ketat mengenai siapa saja yang boleh masuk ke negaranya.

Di sisi lain, orang-orang dari negara tersebut juga mungkin memiliki akses yang terbatas untuk pergi ke negara lain.

Dr. Sarah Raskin, seorang asisten profesor di L. Douglas Wilder School of Government and Public Affairs at Virginia Commonwealth University pun menyatakan bahwa orang-orang yang berasal dari negara kaya memiliki akses yang lebih besar untuk bepergian sehingga memiliki peluang yang lebih tinggi terkena patogen baru.

Di samping itu, negara-negara yang tidak terkena Covid-19 juga memiliki pencegahan awal yang baik.

Korea Utara merupakan salah satu negara pertama di dunia yang menutup perbatasannya dan membangun langkah-langkah intensif lainnya untuk mencegah penyebaran virus corona baru.

Begitu pula dengan Turkmenistan yang melakukan pembatasan perjalanan, mengelola pembersihan massal, dan mengampanyekan peringatan-peringatan terkait dengan penyebaran virus tersebut.

Sementara, Tajikistan memberlakukan pembatasan pada perjalanan dan pertemuan publik, serta mengorganisir keramaian dan perayaan.

Kondisi Terkini Pasien Pertama Positif Virus Corona di Jeneponto: Usia 23 Tahun, Gejala Dialami

Banyak dari negara-negara tersebut telah melakukan pembatasan yang ketat agar terhindar dari penyebaran Covid-19 yang terus mengancam.

Jumlah penduduk di negara-negara itu juga tidaklah banyak sehingga kemungkinan dapat menerapkan physical distancing secara lebih optimal.

Mengingat penyebaran virus corona antar manusia terjadi begitu cepat, WHO menganjurkan physical distancing atau menjaga jarak antara diri sendiri dan orang lain.

Berikut Beberapa Gejala Baru Virus Corona:

Kelelahan Ekstrem

Hedy Bauman (74), pria dari Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat (AS), merasa sangat lemah sehingga ia hampir tak bisa bejalan ke sudut-sudut rumahnya.

Dia mengatakan, membaca beberapa halaman koran cukup melelahkan.

"Kamar mandi saya mungkin berjarak 15 langkah dari temput tidur. Saya tak yakin bisa pergi dari kamar mandi ke tempat tidur," kata Bauman seperti dikutip NBC News.

Kendati tidak menderita demam, Bauman mengaku kedinginan.

Dokter yang merawat Bauman mengatakan, gejalanya konsisten dengan apa yang para dokter pelajari tentang kasus virus corona lain, meski masih menunggu hasil dari tes virus Bauman.

Jenazah pasien Covid-19
Jenazah pasien Covid-19 (Tribunnews.com)

Nyeri Otot

Brendan McLaughlin (28), penjaga keamanan di Holy Name Medical Center di Teaneck, New Jersey, AS merasakan pusing sebelum demam, kedinginan, dan Nyeri Otot.

Ia kemudian pergi ke ruang gawat darurat di rumahsakit tempatnya bekerja dan berpikir mungkin terserang flu.

Tes virus corona menunjukkan hasil positif. McLaughlin mengaku tak pernah merasa begitu sakit dalam hidupnya.

"Saya sehat. Saya mencoba makan dengan benar dan menjaga diriku sendiri," ujar McLaughlin.

 

Tanpa Gejala

Salah satu laporan utama pertama pada gejala virus corona yang WHO terbitkan pada Februari lalu menunjukkan, hampir 56.000 kasus di China memiliki gejala demam dan batuk kering. Beberapa di antaranya mengalami kelelahan, napas pendek, masalah perut, dan tubuh lemah.

Sejak laporan itu, gejala lain yang terkait dengan Covid-19 telah muncul.

Banyak pasien yang positif terkena virus corona juga mengalami sakit kepala dan sakit tenggorokan. Beberapa pasien mengatakan, mereka tidak memiliki nafsu makan.

Banyak yang melaporkan, mereka kehilangan indera pengecap dan penciuman, kata British Rhinological Society baru-baru ini.

Tetapi juga menjadi lebih jelas, beberapa orang yang terinfeksi dan menyebarkan virus tidak memiliki gejala sama sekali.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Robert Redfield mengatakan kepada NPR, sebanyak seperempat pasien tidak menunjukkan gejala.

Laporan yang CDC rilis juga menemukan bukti, orang yang terinfeksi bisa menyebarkan virus sebelum mereka menunjukkan gejala, meski jarang terjadi.

Fenomena ini disebut dengan "penularan presimptomatik" yang juga dikenal sebagai cara penyebaran flu.

Laporan CDC mengacu hasil penelitian terhadap 243 kasus virus corona di Singapura.

Para peneliti melacak semua individu yang telah melakukan kontak dengan pasien yang menunjukkan gejala sakit.

Mereka menemukan 6,4% dari transmisi dalam penelitian ini berasal dari pasien yang belum menunjukkan gejala.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com: Ada Negara yang Tidak Terkena Virus Corona, Ini Alasannya


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved