Setelah mendapat otorisasi via whatsApp, Guru Besar Ilmu Kedokteran Unhas itu mengizinkan Tribun, mengutip "makalah" yang diketik dari smartphonenya.
corona virus
Hikmah dari CORONA; Saatnya Pengusaha Ubah Orientasi dari Profit ke Benefit
Artikel singkat ini disarikan dari catatan WAGs Prof Dr Irawan Yusuf PhD; dosen Fakultas kedokteran Unhas, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Editor:
Thamzil Thahir
* Disarikan dari catatan WAGs Prof Dr Irawan Yusuf PhD. Menurtnya; efek wabah global ini 'mengubah paksa' cara bisnis konvensional ke digital. Kini semua mengkonfirmasi efisiensi itu adalah work from home. Pengusaha dan pemilik modal tak fokus ke manajemen produksi dan mulai investasi ke manajemen risiko.
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.com -- Tiga bulan sudah, sekitar 3,2 miliar warga dari 207 negara menghadapi keresahan global seragam. Keresahan berbalut wabah virus itu mengguncang semua sendi kehidupan.
Kalaulah vaksin penawar imun virus ini kelak ditemukan dan diratifikasi oleh World Health Organization (WHO), krisis ekonomi global juga menghadang.
Wabah pandemi global ini, menurut Ketua Steering Committee NECHRI (Novartis Eijkman Hasanuddin Clinical Research Initiative, Prof Dr Irawan Yusuf PhD (63), akan mengubah fondasi dan cara berbisnis.
Hikmah dari wabah ini, kata guru besar ilmu kedokteran Unhas ini, pengusaha harus mengubah orientasi bisnis, dari mengejar keuntungan belaka menjadi mengedepankan benefit.
Azas manfaat dan kemaslahatan mileu dan lingkungan jangka panjang.
"Dari orientasi keuntungan pribadi, ekonomi jangka pendek ke manfaat/value jangka panjang bagi peradaban manusia..." katanya.
• Jadi Promotor di Unhas, Prof Irawan Yusuf Angkat Bicara Soal Metode Cuci Otak dr Terawan
Efek wabah ini 'mengubah paksa' cara bisnis konvensional ke digital. Kini semua mengkonfirmasi efisiensi itu adalah work from home.
Pengusaha dan pemilik modal tak fokus ke manajemen produksi dan mulai investasi ke manajemen risiko.
Pandangan itu dikemukakan dokter alumnus School of Medicine Hiroshima Universitas, Jepang ini dikemukakan dalam sebuah group WhatsApp akademisi, profesional, aktivis dan birokrat, Senter Senter Bella, Rabu (8/4/2020).
Oret-oretan di group 21 profess\or asal Makassar itu, dibuat bersamaan dengan momen pencabutan status LOCK DOWN epidemi Corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Berikut kutipan artikel WAG-s itu;
TIGA bulan ini, dunia menghadapi krisis yang belum pernah dialami generasi yang hidup saat ini.
Kemampuan kita mengatasi krisis ini akan sangat menentukan bagaimana masa depan kita sebagai bangsa bahkan sebagai umat manusia.
Tidak ada satupun individu atau institusi yang pernah memprediksi krisis ini akan terjadi. Kalau toh ada, mungkin dalam kisah fiksi.
Apakah kita akan keluar sebagai pemenang sangat ditentukan oleh keputusan yang kita ambil saat ini. Keputusan yang di masa normal dapat diambil dalam waktu bulan atau tahun, sekarang harus diputuskan dalam hitungan hari bahkan jam.
Keputusan yang membuat individu dan institusi menilai kembali tujuan-tujuan, cita-cita, dan harapan mereka.
Inilah momentum yang paling tepat untuk melakukan transformasi cara berpikir kita.Baik itu individu, institusi pemerintah, bisnis, pendidikan dan sebagainya harus melakukan transformasi dari orientasi profit ke benefit. Dari orientasi keuntungan pribadi, ekonomi jangka pendek ke manfaat/value jangka panjang bagi peradaban manusia.
Institusi, bisnis dan individu yang hanya mementingkan profit dan memanfaatkan krisis ini untuk mendapat keuntungan sebanyak banyaknya tidak dapat survive dalam jangka panjang.
Individu, bisnis dan institusi yang memberikan benefit bagi masyarakatlah yang akan survive. Mereka menjadikan trust, empati, kemaslahatan, keadilan dan kepedulian sebagai nilai yang menjadi dasar mereka berbisnis dalam masa krisis ini.
Hal tersebut akan menjadi modal utama mereka untuk berbisnis setelah krisis ini selesai.
Dalam konteks individu, menjadikan profit sebagai tujuan dalam masa krisis ini saya ibaratkan mereka hanya memikirkan dunia.
Tetapi mereka yang memanfaatkan masa krisis ini dengan menjadikan benefit jangka panjang sebagai tujuan mereka, sama dengan membangun masa depan akhirat mereka.
Mereka yang keluar jadi pemenang dalam pertarungan ini adalah yang mampu melakukan transformasi dari profit ke benefit.
Mengapa?
Karena kalau sekedar mencari profit tidak perlu upaya cerdas. Cukup hitung berapa modal dan berapa harga jual.
Selisihnya adalah profit yang diperoleh.
Tetapi untuk menghasilkan benefit, diperlukan upaya-upaya cerdas dan inovatif yang justru menjadi modal utama mereka pasca krisis ini. (*)
~~

Prof Dr Irawan Yusuf PhD adalah dosen Fakultas kedokteran Unhas. Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Prof. Dr. Irawan Yusuf, PhD. lahir di Makassar pada tanggal 11 Februari 1957. Ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada tahun 1984 dan melanjutkan pendidikan S-3 dalam bidang molecular and cellular cardiac electrophysiology di School of Medicine Universitas Hiroshima, Jepang pada tahun 1992.