Perspektif Syamril
Mari Berbagi di Masa Sulit
Meminjam istilah Presiden Ghana "saya tahu cara menghidupkan perekonomian, tapi saya tidak tahu cara menghidupkan orang mati yang jadi korban corona".
Oleh: Syamril
Rektor Kalla Business School
Rata-rata setiap hari pasien positif Covid-19 bertambah lebih dari seratus orang. Per 30 Maret 2020 lalu sudah ada 1414 orang.
Melihat kondisi itu Presiden memutuskan untuk menerapkan pembatasan sosial skala besar dan penerapan Darurat Sipil agar bisa lebih tegas, disiplin dan efektif.
Penerapan kebijakan ini semoga berdampak positif untuk membatasi, mengurangi sampai menghentikan penyebaran virus corona.
Tentu saja setiap kebijakan pasti ada dampak negatifnya. Sebelum ada darurat sipil saja dampaknya sudah terasa pada bidang bisnis dan ekonomi.
• Efek Pandemi Covid-19 di Negeri Beruang Merah
• Dua Bocah Makassar Sumbang Celengan untuk Beli APD Tim Medis Covid-19
Omset pengusaha besar, menengah dan kecil semua turun sangat drastis. Bahkan ada yang tidak ada pemasukan karena harus tutup.
Tapi itu adalah pilihan terbaik dari yang ada.
Meminjam istilah Presiden Ghana "saya tahu cara menghidupkan perekonomian, tapi saya tidak tahu cara menghidupkan orang mati yang jadi korban corona".
Lapisan masyarakat yang langsung merasakan dampaknya adalah golongan ekonomi lemah yaitu pedagang kecil dan tenaga harian yang tidak ada penghasilan tetap.
Mereka tidak akan ada penghasilan untuk biaya hidup sehari-hari jika tidak bisa bekerja mencari nafkah.
Pemerintah menjanjikan akan memberikan bantuan khusus sejenis Bantuan Langsung Tunai di zaman Presiden SBY dulu.
Ini sangat bagus meskipun belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama masa Darurat Sipil.
Oleh karena itu saatnya membangun semangat gotong royong dan saling membantu antar sesama anggota masyarakat.
Golongan menengah ke atas membantu kaum dhuafa dengan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk diberikan kepada mereka yang kesusahan.