corona di Indonesia
Citizen Analisis: Melockdown Aktivitas vs Membangun Kesadaran Publik
Dalam sehari, kasus konfirmasi positif corona di Indonesia sebanyak 114 kasus, 50 diantaranya ada di Sulsel.
Yansi Tenu
Alumnus Unhas tinggal di Jakarta
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengidap Covod-19 terus bertambah. Update corona Indonesia, penyebaran virus Corona meluas hamper ke seluruh wilayah. Berdasarkan data pemerintah pusat yang masuk hingga Selasa (31/3) pukul 12.00 WIB, jumlah 1.528 kasus Covid-19 di 32 dari 34 provinsi di Indonesia. Jumlah ini bertambah 114 pasien dalam 24 jam terakhir.
Penularannya di seluruh dunia juga terus bertambah. Jumlah terkonfirmasi virus Corona mencapai 804.096 kasus yang tersebar pada 201 negara dan dua kapal pesiar. Jumalh meninggal 39.074 jiwa, dan sembuh 172.435 jiwa.
Dalam sehari, kasus konfirmasi positif corona di Indonesia sebanyak 114 kasus, 50 di antaranya ada di Sulsel. Update corona Sulsel, seperti dilandir laman resmi Sulsel Tanggap Covid-19. Data terbaru, Selasa (31/3/2020) sekitar pukul 17.33 wita, pasien positif Corona di Sulsel masih 50 orang.
Sejauh ini, pemerintah Indonesia dan kebanyakan pemimpin negara di dunia memilih opsi social distancing dan jika di perluas menjadi physical distancing. Dua sikap ini diyakini dapat mengurangi jumlah kasus terinveksi Covid-19.
Namun Social Distancing dan physical distancing dipatuhi? Ataukah masyarakat harus dipaksa demi menahan laju berkembang Covid-19? Adagium yang lagi santer dan telah banyak di kemukakan adalah “keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi “, Salus Populi Supreme Lex Esto. Hal ini diterjemahkan bahwa rakyat harus lebih dahulu selamat baru kemudian yang lain.
Jika merujuk merujuk kepada adagium ini, maka anggota DPR RI dan keluarganya yang berjumlah 2.000 orang harus mengalah lebih dahulu, tes kepada rakyat harus didahulukan dan semua fasilitas kesehatan harus mengutamakan rakyat yang diselamatkan.
Lockdown Aktivitas
Beberapa waktu telah berkali-kali disampaikan bahwa “Hindari keramaian, jaga jarak, dan di rumah saja.
Imbauan sepertinya tidak berlaku efektif di tengah situasi rakyat juga mencari nafkah utamanya mereka yang bekerja di sektor informal, seperti buruh, pedagang, dan ojek online. Demikian juga kerja-kerja yang memang harus tidak bisa dilaksanakan di rumah. Sehingga ketika imbauan itu belum dijalankan secara ketat, maka pasti berkembangnya virus makin menjadi-jadi dan sulit dikendalikan.
Lantas, apakah harus dengan paksaan agar masyarakat sadar akan bahaya virus ini dan proses berkembangnya? Libur diberlakukan untuk anak sekolah SD SMP dan SMA sampai jumlah kerumunan orang dibatasi geraknya. Kantor diliburkan dan yang bisa dikerjakan di rumah kerjakan dari rumah, rapat medianya video conference, dan lain cara dilakukan agar masyarakat betul di-lock aktivitasnya.
Efektifkah? Ternyata belum. Untuk itu, aparat hukum harus bergerak cepat karena jika sudah berkembang pesat virusnya makin sulit dikendalikan. Pengalaman negara lain yang juga terkena adalah me-lock down secara total aktivitas warga. Kasus Italia, yang korban sehari bisa mencapai ratusan orang meninggal sampai harus melibatkan tentara untuk mengangkut mayat, harusnya bisa menjadi pelajaran.
Melihat perkembangan terkait sosialisasi tinggal di rumah dan hindari kontak kurang mendapat respon dan diterjemahkan beragam, akhirnya Kapolri mengeluarkan maklumat. Isi maklumatnya adalah segala bentuk keramaian yang melibatkan banyak orang dilarang, konser, seminar, olahraga massal, demonstarsi, sampai kepada resepsi pernikahan juga di larang. Yang ngumpul di warung kopi, keramaian umum, dibubarkan aparat kepolisan.
Negara harus memaksa penduduknya agar tertib demi kebaikan bersama. Para tokoh agama dilibatkan dalam rangka memberi penyadaran kepada rakyat akan bahaya jika berkerumun dan berinteraksi dengan banyak orang dalam suatu aktvitas. Jika hal ini efektif, maka akan terjadi penurunan yang terinfeksi beberapa hari ke depan.
Kesadaran Kolektif
Dapatkah kesadaran publik dibangun dalam waktu singkat? Saat yang sama rakyat juga masih tertatih-tatih untuk menutupi kebutuhan hidunya utamanya yang bekerja di sektor formal?
Membangun kesadran publik akan bahayanya virus ini memang bukan kerjaan mudah. Pertama, melibatkan para tokoh dan pers, para tokoh publik yang masih dipercaya segera melakukan upaya ini. Pemimpin daerah segera action.