Hari Air Sedunia
OPINI: Hari Air Sedunia 22 Maret 2020 Terselubung Virus Corona, Air dan Perubahan Iklim
Air hujan yang sejatinya sebagai berkah, kadang datang sebagai bencana. Pemangku kepentingan diharapkan tidak melihatnya sebagai kehendak alam, tapi

Isu keterlangkaan air dan menuju kekeringan yang dimulai tahun 2019 hendaknya menjadi sosialisasi bersama. Penduduk Sulawesi Selatan sekitar 8 juta orang dengan 1,5 juta orang berada di Makassar membutuhkan air yang sedemikian besar.
Jika dirata-ratakan kebutuhan air penduduk Sulawesi Selatan (sekitar 100 liter setiap warga/hari) akan mencapai 800 juta liter per hari.Warga Makassar 1.500 juta liter perhari. Bayangkan dalam sebulan, setahun sudah berapa? Saat ini, sekitar 1,9 milyar orang hidup di daerah yang terancam krisis air.
Sekitar 1,8 milyar orang mengonsumsi air yang tidak layak minum, karena terkontaminasi polutan. Secara global, 80% air limbah dibuang kea lam tanpa melalui proses pengolahan. Jumlah orang beresiko terdampak banjir akan meningkat dari 1,2 milyar saat ini ke 1,6 milyar pada tahun 2050. Dalam 14 tahun terakhir, hutan di sekitar daerah aliran sungai berkurang sekitar 22%.
Kecenderungan perubahan iklim di Indonesia oleh ulah dan aktivitas manusia seperti urbanisasi, deforestasi, industrialisasi, dan oleh aktivitas alam seperti pergeseran kontinen, letusan gunung berapi, perubahan orbit bumi terhadap matahari, noda matahari dan El- Nino.
Pembangunan berwawasan lingkungan sudah saatnya memperhatikan usaha pemeliharaan sistem alami dan perlu menganalisis dampak pembangunan terhadap iklim. Atmosfer diatas kota besar dan dikawasan industri terasa lebih panas dan lebih kotor oleh gas buangan kendaraan bermotor. Kota Makassar per Oktober 2018 saja mencapai 1.563.608 unit dengan pertumbuhan sejitar 7%.
Dari data ini dapat dihitung berapa besar gas buangan ke atmosfir setiap hari berupa polusi yang pad agilirannya akan menghasilkan kabut abadi di lapisan ionosfir. Lapisan abadi ini akan menghalangi sinar matahari yang tiba di bumi untuk kembali ke angkasa sehingga bumi akan menjadi seperti rumah kaca.
Rumah kaca akan mengakibatkan penghuninya sesak nafas dengan suhu tinggi. Pencemar berupa gas dapat memengaruhi iklim melalui efek rumah kaca. Sebagai aerosol, maka pencemar mengubah keseimbangan radiasi melalui hamburan, pemantulan dan penyerapan, dan pembentukan awan.
Sebagai akibat pencucian aerosol sulfat dan nitrat oleh tetes awan dan hujan, maka terjadi hujan asam yang menyebabkan penurunan pH dalam tanah dan air. Bayangkan, jika mobil terparkir dan diterpa terik matahari di ruang terbuka mulai selama 4 jam (jam 11.00 - 15.00), baru digunakan, maka bukan hanya kegerahan dan keringat yang diperoleh walaupun AC dinyalakan, tetapi ketidaknyamanan dalam hidup. Bandingkan dengan keadaan atmosfer diatas hutan atau didaerah pegunungan yang terasa sejuk dan lebih bersih.
Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad 21 ini apabila tidak ada upaya menanggulanginya. Banjir adalah bencana yang paling sering terjadi (34%), diikuti longsor (16%) .
Kemungkinan pemanasan global akan menimbulkan kekeringan dan curah hujan ekstrim , yang pada gilirannya akan menimbulkan bencana iklim yang lebih besar (IPCC 2007) .
Laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA) mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana akibat perubahan iklim.
Perubahan iklim merupakan proses alami dan terus menerus terjadi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, strategi antisipasi dan penyiapan teknologi adaptasi merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis Kementerian Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan iklim dan mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap perubahan iklim.Untuk itu, diperlukan berbagai penelitian dan pengkajian tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap sektor kehidupan, disertasi dengan usaha terus menerus untuk meminimalisasi dampaknya. Usaha yang dapat dilakukan, antara lain: (1) menghemat penggunaan listrik, (2)menghemat penggunaan air, (3) melakukan 5R (Rethink, Reduce, Reuce, Recycle, dan Replace), (4) memanfaatkan energi alam semaksimal mungkin, misalnya energy matahari, energy bayu dan terbarukan, (5) menggunakan peralatan ramah lingkungan, (6) melakukan kegiatan penghijauan, dan (7) efektivitas penggunaan kendaraan.
Selain itu, berpartisipasi dalam komunitas yang memberikan atensi besar terhadap kelestarian lingkungan, seperti Earth Hour 60 minutes untuk mematikan lampu pada hari Bumi.
Khusus untuk mahasiswa Fisika Bumi FMIPA UNM Makassar akan melakukan penanaman 2020 pohon di sekitar kawasan Rammang-Rammang Dusun Salenrang Maros, sekaligus memperingati hari Bumi tahun 2020.
Sekecil apapun partisipasi kita jika dilakukan secara bersmaa-sama dan terus menerus akan memberikan sumbangsih berarti bagi kelangsungan hidup manusia di planet bumi ini. Air sebagai anugrah Allah SWT hendaknya dipelihara dan tetap dipertahankan kelestariannya dengan menentukan secara tegas kawasan resapan air.