Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

ILC TV One

Ali Ngabalin Nyaris Dipermalukan Wakil MUI di ILC Gegara Yudian Sebut Agama Musuh Besar Pancasila

Ali Ngabalin Nyaris Dipermalukan oleh Wasekjen MUI di ILC TV One tadi malam, gara-gara Kepala BPIP Yudian Sebut Agama Musuh Besar Pancasila

Editor: Mansur AM
capture youtube.com/Indonesia Lawyer Club
Sama-sama dari Makassar, Zaitun Rasmin dan Ali Ngabalin debat seru di ILC TV One tadi malam 

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi belakangan ini tengah menjadi perhatian publik atas pernyataannya soal agama adalah musuh  terbesar Pancasila.

Yudian pun kemudian memberikan klarifikasi soal pernyataan kontroversialnya tersebut.

Menurutnya, penjelasan yang dimaksud adalah bukan agama secara keseluruhan, tapi mereka yang mempertentangkan agama dengan pancasila.

Karena menurutnya dari segi sumber dan tujuannya Pancasila itu religius atau agamis.

"Karena kelima sila itu dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci keenam agama yang telah diakui secara konstitusional oleh negara Republik Indonesia," tegasnya, Rabu (12/2/2020).

Menurut Yudian, Pancasila adalah penopang maka butuh kesetiaan atau sekuler namun bukan sekularisme untuk mewujudkannya.

Selain itu juga membutuhkan ruang waktu, pelaku, anggaran, dan juga perencanaan.

Namun, dalam hubungan ini kerap terjadi ketegangan antara kelompok yang mengaku mayoritas dan mereka membenturkan.

Hal tersebut lah yang dimaksud oleh Yudian sebagai musuh pancasila.

"Kalau tidak pandai mengelola ini perilaku agama-agama ini akan menjadi musuh terbesar. Mengapa? Karena setiap orang beragama, agama siapa kalau dibaca kan ketemunya Islam, Islam siapa begitu, itu yang saya maksud," tutur Yudian.

"Jadi saya ingin menekankan bahwa Pancasila itu bukan thogut, Pancasila kalau bahasa kita itu Islami. Karena itu semua ada di dalam Alquran dan juga Hadits ada. Yang saya maksud adalah musuh-musuh agama dari dalam agama," ungkapnya.

Yudian juga menjelaskan, yang ia kritik adalah orang beragama yang menggunakan agama atas nama mayoritas, tapi sebenarnya mereka minoritas.

Menurut Yudian mereka membenturkan agama yang mereka klaim dengan Pancasila.

Jika ini dibiarkan, agama akan menjadi musuh terbesar.

"Maka kita harus bisa mengelola dengan baik hubungan agama dengan pancasila," ajak Yudian.

Diberitakan sebelumnya pada Tribunnews.com, Yudian dalam sebuah wawancara dengan media online menyebut Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah diterima oleh mayoritas masyarakat.

Dia menunjuk dukungan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah untuk Pancasila sejak era 1980-an.

Tapi memasuki era reformasi, asas-asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam.

Hal ini sebagai ekspresi pembalasan terhadap Orde Baru yang dianggap semena-mena.

"Dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif," kata Yudian.

Yudian mensinyalir, belakangan ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

Mereka antara lain membuat ijtima' ulama untuk menentukan calon wakil presiden.

Ketika manuver tersebut hasilnyha kemudian tak seperti yang diharapkan.

Bahkan cenderung dinafikan oleh politisi yang disokongnya mereka kecewa.

"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," sebut Yudian yang kini juga tercatat sebagai rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta tersebut.

Kalimat tersebut menjadi polemik dan banyak yang menuntut Yudian untuk segera meminta maaf.(tribun-timur.com/*)

Siapkan NIK & Nomor KK, Tutorial Isi Data Sensus Penduduk 2020 Online Melalui sensus.bps.go.id

Menteri Wishnutama Gandeng YouTuber & Influencer Dongkrak Pariwisata, Atta Halilintar Diajak?

Lowongan Kerja BUMN PT Pelabuhan Indonesia IV, Penempatan Indonesia Timur, Cek Syarat & Link Daftar

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved