Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Virus Corona

Pantau Real Time Penyebaran Virus Corona di Dunia di Sini, Dikabarkan Sudah Masuk di Pulau Sulawesi

Peneliti di Amerika Serikat (AS) membuat sebuah peta digital real-time, untuk memantau penyebaran Virus Corona ini.

Editor: Anita Kusuma Wardana
Science News
Pantau Real Time Penyebaran Virus Corona di Dunia di Sini, Dikabarkan Sudah Masuk di Pulau Sulawesi 

Kemudian, sang pasien mengalami demam dan khawatir akan penyakit yang sedang ramai dibicarakan publik.

Kemudian melaporkan diri ke manajer hotel dan selanjutnya pihak hotel menghubungi Dinas Kesehatan dan tim rumah sakit Kandou.

Tak butuh waktu lama, tim RSUP RD Kandou Manado akhirnya menjemput pasien di hotel tersebut dengan segala perlengkapan yang telah sesuai dengan SOP yang ada.

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Virus Corona Jenis Baru (2019-nCov) Belum Ada Obatnya

Diketahui sebelumnya Virus Corona jenis baru atau disebut 2019-nCov belum ditemukin vaksin atau obat untuk menghentikan penyebaran virus yang mirip SARS ini.

Virus Corona yang menyebabkan peradangan paru-paru tersebut hingga kini belum jelas diketahui obatnya oleh berbagai dokter di dunia.

Adapun penanganan terhadap korban atau pasien yang terkena Virus Corona hanyalah bersifat supportif saja.

Gejala pasien terjangkit Virus Corona salah satunya yakni mengalami demam di atas 35 derajat.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Omni Pulomas, Dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD., dugaan kuat sumber Virus Corona mematikan layaknya virus SARS yang pernah mendunia pada tahun 2002 silam adalah berasal dari kelelawar dan ular.

Dua hewan tersebut diduga kuat menjadi penyebab adanya Virus Corona di antara hewan-hewan lainnya.

Walau demikian, hingga sekarang masih belum diketahui pasti kebenaran atas dugaan tersebut sebab masih dalam penelitian oleh ilmuwan.

Dr. Dirga mengatakan saat ini terdapat dua negara yang sedang mengembangkan vaksin untuk mengatasi Virus Corona mematikan ini.

Dua negara tersebut yakni Amerika Serikat (AS) dan Cina.

"Sudah ada upaya dari beberapa peneliti di China dan Amerika untuk mengembangkan vaksin yang baru ini. Tapi secepat-cepatnya tersedia itu paling cepat 1 tahun. Karena buat vaksin itu susah," kata Dr Dirga, dilansir Tribunnews.com, Minggu (26/1/2020).

(Tribunnews.com)

Follow akun instagram Tribun Timur: 

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved