Kemiripan Gunung Taal dengan Pulau Samosir di Tengah Danau Toba, Ahli Sebut Ada Magma Besar Dibawah
Kemiripan Gunung Taal dengan Pulau Samosir di Tengah Danau Toba, Ahli Sebut Ada Magma Besar Dibawah
Gunung Taal di Filipina yang meletus pada Senin (13/1/2020) pagi mengundang banyak perhatian dunia.
Selain tipe letusan eksplosif yang disebut bisa berpotensi tsunami, proses letusan yang terekam mengeluarkan kilatan cahaya juga menjadi hal yang banyak menimbulkan pertanyaan masyarakat.
Gunung Taal termasuk gunung berapi terendah di dunia. Ketinggianya hanya 311 meter. Bandingkan misalnya dengan Gunung Merapi di DIY dan Jawa Tengah yang memiliki ketinggian 2.930 meter.
Daratan yang merupakan Gunung Taal terdiri dari 47 yang telah teridentifikasi, 26 di antaranya berjenis Tufa, 5 Cinder, dan 4 Maars.
Dilihat dari lokasinya, Gunung Taal terletak di tengah danau yang ada di Provinsi Batangas, selatan Pulau Luzon. Kedalaman maksimum danau yang mengelilingi Gunung Taal adalah 160 meter.
Sebagaimana gunung berapi lainnya, gunung dengan kaldera bernama Talisay ini juga memiliki lubang kawah di bagian tengahnya.

Sebelum letusan tahun ini, Taal tercatat terakhir meletus pada tahun 1977. Sementara pada letusan tahun 1911, korban nyawa yang jatuh mencapai 1.500 jiwa.
Peningkatan aktivitas seismik di bawah Taal tercatat pada November 2006, sementara peningkatan mata air panas di kawah Taal terjadi pada April 2007.
Secara geografis, Filipina terletak di wilayah Cincin Api Pasifik yang mengelilingi Samudera Pasifik, sehingga memiliki gunung-gunung berapi dan rentan terhadap gempa bumi.
Taal adalah bagian dari deretan gunung berapi di sepanjang sisi barat Pulau Luzon yang dibentuk oleh subduksi Lempeng Eurasia di bawah Sabuk Bergerak Filipina.
Kaldera gunung ini memiliki luas 25–30 km (16–19 mil) sebagai akibat dari letusan eksplosif yang pernah terjadi sebelumnya.
Pulau di Tengah Kaldera
Di tengah kawah kaldera terdapat sebuah pulau kecil berbatu yang kemudian disebut sebagai Vulcan Point.
Volcan Point disebut sebagai pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di dalam kawah yang ada di tengah danau di sebuah pulau yang ukuran lebih besar.
Dikutip dari Vulcano Discovery, Taal disebut memiliki pemandangan yang begitu indah, dengan landskap danau yang mengelilinginya.
Namun, karena berbahaya dan merupakan daerah dengan risiko tinggi, kawasan ini dilarang untuk dijadikan kawasan pemukiman permanen oleh Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs).
Kawasan itu pun ditetapkan sebagau Zona Bahaya Permanen atau Permanent Dangerous Zone (PDZ).
Akan tetapi, sejumlah keluarga miskin yang ada di Luzon nekat mempertaruhkan hidup mereka dengan mencari ikan dan bercocok tanam di sekitar tanah vulkanik yang subur.
Mirip Kaldera Toba
Lokasi Gunung Taal yang terletak di tengah danau hampir sama dengan kondisi Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan di Danau Toba, para ahli menyebut bahwa di bawah pulau Samosir terdapat magma yang besar, dalam arti lain pulau samosir dapat meletus seperti Gunung Taal.
Di balik bentangan danaunya yang luas nan elok, menurut seorang geolog Belanda bernama Van Bemmelen Danau Toba ternyata merupakan sebuah gunung.
Menurutnya Lokasi Danau Toba terbentuk, dulunya merupakan sebuah gunung yang kemudian meletus hebat. Kini, Gunung api raksasa (supervolcano) bersemayam di bawah Danau Toba.
Setelah meletus hebat, Kaldera Toba tertutup bebatuan beku. Air kemudian mengisi kaldera hingga membentuk danau.

Gunung api super seperti Toba sangat jarang meletus. Rata-rata cuma sekali dalam ratusan ribu hingga jutaan tahun. Namun, begitu mengamuk, bencana yang ditimbulkan tak terkira.
Sekitar 74.000 tahun lalu, Toba memuntahkan 2.800 kilometer kubik lava.
Abunya menyebar hingga Afrika dan Australia. Letusan itu memusnahkan ragam satwa dan diprediksi memicu kepunahan salah satu ras manusia.
Selama puluhan tahun, ilmuwan bertanya-tanya, bagaimana sebuah gunung api super menyimpan magma dalam jumlah besar selama jutaan tahun tanpa sekali pun batuk mengeluarkan lava dalam jumlah kecil?
Pertanyaan itu akhirnya terjawab lewat publikasi hasil penelitian Christoph Sens-Schonfelder, seismolog dari GFZ German Research Center for Geoscience, di jurnal Science pada Kamis (30/10/2014).
Bersama Kairly Jaxybulatov dari Trofimuk Institute of Petroleum Geology and Geophysics di Rusia, Sens-Schonfelder menganalisis struktur internal reservoir magma di bawah kaldera Toba dengan basis gelombang seismik.
Gelombang seismik merambat dengan kecepatan berbeda pada tiap medium. Saat melewati magma yang cair, kecepatan gelombang seismiknya akan melambat.
Menganalisisnya, ilmuwan dapat mengetahui cara Gunung Toba menyimpan magma.

Mengungkapkan hasil penelitian, Sens-Schonfelder seperti dikutip Nature World News, Jumat (31/10/2014), mengatakan, "Kami menemukan bahwa kerak bagian tengah di bawah gunung super Toba terdiri atas lapisan-lapisan horizontal."
Magma di Gunung Toba tersimpan dalam lapisan-lapisan, menumpuk satu sama lain seperti lapis legit. Dengan cara ini, Gunung Toba mampu mengakumulasi magma dalam jumlah besar selama jutaan tahun.
Studi juga mengungkap fakta mengagumkan lain tentang magma Gunung Toba. Magma tersimpan mulai dari kedalaman 7-19 kilometer di bawah Pulau Samosir, di tengah-tengah Danau Toba.
Reservoir magma sendiri memiliki diameter 10-20 km.
Diberitakan Livescience, hasil penelitian ini akan membantu ilmuwan memahami proses menuju erupsi besar gunung api super sekaligus memprediksi waktu Gunung Toba meletus lagi.(*)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Gunung Taal yang Meletus Dahsyat di Filipina Ternyata Mirip Pulau Samosir di Tengah Danau Toba, https://medan.tribunnews.com/2020/01/13/gunung-taal-yang-meletus-dahsyat-di-filipina-ternyata-mirip-pulau-samosir-di-tengah-danau-toba?page=all.