Kisah Anak Konglomerat Dipaksa Keluar Rumah & Jadi Orang Miskin, Lihat yang Dia Dapat Akhirnya
Kisah Anak Konglomerat Disuruh Keluar Rumah & Jadi Orang Miskin, Lihat yang Dia Dapat Akhirnya
Editor:
Waode Nurmin
boombastis.com/daijiworld.com
Kisah Anak Konglomerat Dipaksa Keluar Rumah & Jadi Orang Miskin, Lihat yang Dia Dapat Akhirnya
Tujuannya, supaya si anak bisa merasakan secara langsung penderitaan dan kesakitan orang miskin.
Sehingga nantinya, sang anak akan lebih menghargai sesama manusia ketimbang uang.
Seperti dilansir dari India Today pada Agustus 2019 silam, Hitarth harus berjuang dari nol.

Kini anak miliarder tersebut tidak ada bedanya dengan pengemis di Hyderabad.
"Saya adalah lulusan AS, memiliki lisensi pilot serta pemegang sertifikat GIA Diamond Grading."
"Namun tidak ada yang membantu saya di Hyderabad."
"Setelah sampai sini, saya mulai mencari pekerjaan karena saya hampir tidak punya uang," ungkap Hitarth.
“Saya tidak tahu kota, budaya, dan bahasanya."
"Saya takut, tapi yakin."
//
"Dengan uang di dompet dan tak ada telepon, saya tiba di Hyderabad dan mulai hidup baru."
Pertama-tama yang dilakukan Hitarth adalah mencari tempat tinggal.
Dia berhasil mendapatkan tempat kost atau lebih tepatnya rumah singgah murah yang sewanya hanya 100 rupe atau sekitar Rp21 ribu per bulan.
"Tapi satu ruangan dihuni 17 orang," kata Hitarth.
Setelah mendapat rumah untuk berteduh Hitarth berjuang keras mendapatkan pekerjaan.
Tiga hari kemudian dia diterima di sebuah perusahaan makanan internasional dengan gaji 4000 rupee (sekitar Rp841 ribu).
Namun Hitarth hanya sanggup bekerja 5 hari sebelum akhirnya resign.
Hitarth Dholakia bersama keluarganya. (Grid.ID)
"Namun tidak ada yang membantu saya di Hyderabad."
"Setelah sampai sini, saya mulai mencari pekerjaan karena saya hampir tidak punya uang," ungkap Hitarth.
“Saya tidak tahu kota, budaya, dan bahasanya."
"Saya takut, tapi yakin."
//
"Dengan uang di dompet dan tak ada telepon, saya tiba di Hyderabad dan mulai hidup baru."
Pertama-tama yang dilakukan Hitarth adalah mencari tempat tinggal.
Dia berhasil mendapatkan tempat kost atau lebih tepatnya rumah singgah murah yang sewanya hanya 100 rupe atau sekitar Rp21 ribu per bulan.
"Tapi satu ruangan dihuni 17 orang," kata Hitarth.
Setelah mendapat rumah untuk berteduh Hitarth berjuang keras mendapatkan pekerjaan.
Tiga hari kemudian dia diterima di sebuah perusahaan makanan internasional dengan gaji 4000 rupee (sekitar Rp841 ribu).
Namun Hitarth hanya sanggup bekerja 5 hari sebelum akhirnya resign.

Hitarth bergonta-ganti pekerjaan.
Dia mengaku beruntung pernah menjadi sebuah tenaga marketing yang digaji 1500 rupee seminggu.
Hitartth ganti empat pekerjaan dalam sebulan dan berhasil mengumpulkan uang 5000 rupee atau sekitar Rp1 juta rupiah.
Jumlah yang sebenarnya sangat kecil dibandingkan uang saku sekolahnya dulu, namun jauh lebih bernilai di mata Hitarth sekarang.
Sekitar dua bulan Hitarth mesti melakoni hidup seperti itu.
Hingga pada masa akhir percobaannya, adik perempuan Hitarth, Krupali berkunjung ke rumah singgahnya.
"Aku sangat syok saat datang ke Hyderabad dan terutama melihat tempat tinggal kakakku."
"Sungguh sebuah tempat di luar bayanganku."
"Namun aku sangat bangga kepada kakakku yang bisa menjalani tradisi ini," tutur Krupali.
Ya, menjalani kehidupan miskin seusai rampung kuliah memang tradisi keluarga Dholakia.
Kakak Hitarth, Pintu Tulsi Bhai Dholakia (31) juga menjalaninya.
Kini Pintu menjadi CEO di perusahaan Hari Krishna Exports Pvt Ltd.
Keluarga Hitarth sudah lama terkenal sebagai keluarga kaya raya namun dermawan.
Pada 2016 perusahaan mereka memberi 400 rumah dan 1.260 kepada sekitar 1.716 karyawan perusahaannya sebagai bonus.
Kedermawanan ini tak mungkin terjadi tanpa adanya rasa empati kepada sesama manusia. Salut kepada keluarga Dholakia. (Yoyok Prima Maulana)
Hitartth ganti empat pekerjaan dalam sebulan dan berhasil mengumpulkan uang 5000 rupee atau sekitar Rp1 juta rupiah.
Jumlah yang sebenarnya sangat kecil dibandingkan uang saku sekolahnya dulu, namun jauh lebih bernilai di mata Hitarth sekarang.
Sekitar dua bulan Hitarth mesti melakoni hidup seperti itu.
Hingga pada masa akhir percobaannya, adik perempuan Hitarth, Krupali berkunjung ke rumah singgahnya.
"Aku sangat syok saat datang ke Hyderabad dan terutama melihat tempat tinggal kakakku."
"Sungguh sebuah tempat di luar bayanganku."
"Namun aku sangat bangga kepada kakakku yang bisa menjalani tradisi ini," tutur Krupali.
Ya, menjalani kehidupan miskin seusai rampung kuliah memang tradisi keluarga Dholakia.
Kakak Hitarth, Pintu Tulsi Bhai Dholakia (31) juga menjalaninya.
Kini Pintu menjadi CEO di perusahaan Hari Krishna Exports Pvt Ltd.
Keluarga Hitarth sudah lama terkenal sebagai keluarga kaya raya namun dermawan.
Pada 2016 perusahaan mereka memberi 400 rumah dan 1.260 kepada sekitar 1.716 karyawan perusahaannya sebagai bonus.
Kedermawanan ini tak mungkin terjadi tanpa adanya rasa empati kepada sesama manusia. Salut kepada keluarga Dholakia. (Yoyok Prima Maulana)
Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul ANAK Miliuner Disuruh Jadi Orang Miskin dan Tinggal di Desa Terpencil, Sang Ayah Ingin Beri Ilmu Ini, https://bangka.tribunnews.com/2020/01/08/anak-miliuner-disuruh-jadi-orang-miskin-dan-tinggal-di-desa-terpencil-sang-ayah-ingin-beri-ilmu-ini?page=all.
Rekomendasi untuk Anda