Presiden Soeharto
Dokter Ungkap Perjuangan Presiden Soeharto Lawan Stroke, Alasan Tak Mau Dirawat di Rumah Sakit
Kisah Presiden Soeharto saat berjuang melawan penyakit Stroke di usia senja. Momen tersebut memberikan kesan tersendiri bagi menorehkan pengalaman t
Kami berdua ke kamar bapak. Bapak, ditemani Sigit, nampak tertidur dengan tenang tapi sudah tidak membuka mata. Kami putuskan memanggil semua keluarga.
Sesampainya semua di rumah sakit, satu persatu saya minta semua cium tangan bapak, sambil saya dan adik-adik membimbing bapak, membisikkan di telinga bapak, untuk istighfar dan bertasbih.
Salah seorang dari perawat bapak, ikut membisikkan terus khalam ILLAHI, sampai terhenti nafas bapak.
Bapak tampak tenang sekali, tidak sedikitpun raut kesakitan di wajah bapak. Saya rasa semua keluarga, sudah hadir semua, bapak semakin tenang helaan nafasnya, hanya tidak membuka mata.
Kami berdoa semoga keajaiban terjadi, sehingga bapak diberi kesehatan.
• CEK Sekarang! Ini Daftar Hari Libur Tanggal Merah dan Cuti Bersama Tahun 2020
Saat menjelang siang, datang adik bapak, ibu Bries Soehardjo, yang baru saja menjalani operasi by passjantung di Singapore, dan bu Bries tidak pernah diberi tahu bahwa bapak dalam keadaan kritis.
Kami ajak masuk ke bapak, kami bisikkan, bahwa bu Bries sudah datang. Rupanya bapak menunggu semua keluarga berkumpul.
Siang itu jam 13.10 , 27 Januari 2008, bertepatan dengan tanggal 18 Muharram dalam kalender hijriyah, bapak kami tercinta kembali menghadap Sang Pencipta, sesuai keinginan bapak, dan takdir Illahi.
Saya tidak pernah mengira, bahwa kemarin adalah, petuah terakhir yang bapak berikan pada saya. Sesungguhnya apa yang Allah kehendaki, itulah yang akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan kehendak-NYA" tulis Tutut.
Jenazah Soeharto dimakamkan di Astana Giribangun, Solo.
32 tahun memimpin Indonesia, tentu banyak kenangan yang diingat oleh orang-orang terdekat Soeharto.
Dilansir dari Intisari, berikut sosok Soeharto di mata 3 wanita terdekatnya
1. Jenny Rachman
Jenny Rachman yang telah mengenal Soeharto selama 15 tahun, mengaku terkenang akan senyumnya.
“Senyum itu terasa damai,” ucap Jenny saat ditemui usai mengikuti pemakanan di Astana Giribangun.
Setiap bertemu Soeharto di Jalan Cendana, Jenny kerap dipegang pundaknya. “Ya, cuma begitu saja. Bapak tersenyum dan tak banyak berkata-kata.”
Di matanya, Soeharto dianggap sebagai pria yang amat sayang terhadap keluarganya.
2. Titiek Puspa
Penyanyi senior Titiek Puspa mengaku “lega” Soeharto bisa pergi dengan tenang.
“Alhamdulillah, Bapak sudah dilepaskan dari derita sakit. Melihat Bapak keluar masuk rumah sakit, saya merasa seperti di sayat-sayat. Bagi saya, Bapak sudah berbuat banyak dan terbaik untuk bangsa dan negara,” ujarnya.
Pencipta lagu Bapak Kami Soeharto ini, telah dianggap Pak Harto sebagai anaknya sendiri.
“Pernah suatu kali saya datang ke kediamannya. Saat Mbak Tutut mengabarkan kedatangan saya, beliau senang sekali,” kenang Titik.
3. Waljinah
Waljinah melayat Soeharto bersama suami dan kedua kerabatnya usai salat Subuh.
“Pukul lima saya berangkat. Dan sekarang saya mengkis-mengkis menapaki anak tangga. Beberapa kali berhenti. Ini bentuk penghormatan saya yang terakhir buat Pak Harto,” tutur Waljinah.
Waljinah mengaku merasa beruntung karena Soeharto memperhatikan kesenian tradisional dan musik keroncong.
“Setiap kali diundang ke istana, Bapak selalu minta saya menyanyikan lagu Walang Kekek dan Putri Solo buat lbu Tien. Saya terkesan bisa menyanyi di depan beliau bersama tamu negara lain. Misalnya saat dengan Kepala Negara Kuwait.”
Meskipun Soeharto berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun sebelum meninggal ia sudah berpesan dimakamkan di Astana Giri Bangun.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Perjuangan Soeharto Melawan Stroke Bikin Kagum Dokter Kepresidenan, Tak Mau Dirawat di Rumah Sakit, https://surabaya.tribunnews.com/2019/12/22/perjuangan-soeharto-melawan-stroke-bikin-kagum-dokter-kepresidenan-tak-mau-dirawat-di-rumah-sakit?page=all.