Hari Guru dan Realisasi Pendidikan Menyongsong Revolusi Industri 4.0 dan Bonus Demografi
Pendidikan adalah kunci utama menuju manusia unggul yang dapat bersaing diera revolusi industry 4.0
Oleh: Muh Arman
Dosen Teknik Kimia FTI-UMI
”segala kebenaran maunya diketahui dan dinyatakan, dan juga dibenarkan, kebenaran itu sendiri tidak memerlukan hal itu, karena dialah yang menunjukkan apa yang diakui benar harus berlaku”
(Paul Natrop)
Ungkapan diatas sengaja dikutip untuk menunjukkan bahwa esensi perjalanan pemikiran ilmu pada dasarnya hanya untuk mencari kebenaran, sebuah usaha yang selalu membawa klaim-klaim dari para pembawanya untuk menjadi benar dan dipakai setiap zaman. Dari pencarian kebenaran tersebut, tentu akan selalu ada mata rantai ilmu yang pada tataran praksisnya menjadi abadi, yaitu falsafakasi yang terejawantahkan pada dialektika pencarian kebenaran. Sebuah pengetahuan akan diakui kebenarannya jika ia didukung oleh argumen yang benar. Kebenaran adalah adanya kesuaian antara ide dengan realitas, jika hal ini tidak terpenuhi sampai kapanpun rasio manusia akan menolak proposisi tersebut.
Pendidikan adalah kunci utama menuju manusia unggul yang dapat bersaing diera revolusi industry 4.0. Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2020-2035 dimana jumlah usia produktif (umur 15-65 tahun) jauh melebihi usia tidak produktif (Usia dibawah 14 Tahun dan diatas 65 Tahun). Artinya tahun tersebut rasio kelompok usia produktif dan tidak produktif.mencapai lebih dari 50%. Ini diharapkan akan menjadi motor penggerak ekonomi dan kemajuan bangsa dimana pada era tersebut negara-negara maju seperti kanada, jepang dan negara-negara eropa tak lagi produktif. Tony Wagner (2008) mengidentifikasi ada tujuh skills yang menjadi penentu kesuksesan anak pada abad 21. Tujuh skills tersebut adalah: 1. Criticalthinking& problemsolving 2. Collaboration across networks & leading by influence 3. Agility & adaptability 4. Initiative& entrepreneurialism 5. Effective oral & written communication 6. Accessing& analyzinginformation 7. Curiosity & imagination.
Apakah ketujuh skil diatas sudah diajarkan di sekolah-sekolah kita?
Kondisi dunia akademik hari ini masih jauh dari kata baik, bagaimana tidak Monopoli kebenaran (pengetahuan) tampaknya bersumber dari suatu sumber, yaitu suatu ikhtiar untuk memperoleh pengetahuan atau berpengetahuan yang sayangnya terlalu dipusatkan dan diseragamkan. Kebenaran menjadi bersifat monolitik, cukup satu pintu saja. Tragisnya lagi bila kemudian atas nama kekuasaan keilmiahan akademik, kekuasaan politik untuk kebenaran ideologi, bahkan juga kekuasaan gelar akademik (profesor, doktor, dan sebagainya), lalu dimonopolilah kebenaran itu dalam satu-satunya kebenaran pusat sebagai yang paling benar. Fenomena ini sesungguhnya tampak mengedapan dalam ruang akademis, lebih-lebih dalam otoritarianisme ilmiah, juga agama. Monopoli kebenaran ilmiah seolah menjadi hak sepenuhnya para profesor-profesor dan doktor-doktor kita, yang selalu menampilkan diri secara feodal sebagai “raja-raja” bagi sebuah imperium yang namanya dunia ilmiah, dunia pendidikan. Padahal, model monopoli kebenaran seperti ini merupakan cermin pembelengguan kreatifitas dan inovasi yang boleh saja berbeda. Sayangnnya, iklim dunia akademik kita masih sering kali disesaki oleh para guru besar yang masih suka membuat klaim kebenaran secara monopolitik. Dunia pendidikan bahkan dengan tegas menolak perbedaan cara pandang, ide dan gagasan apalagi hal itu menggangu sistem kemapanan yang ada.
Selama ini jika terjadi perbedaan pendapat atau perbedaan pandangan terjebak pada konstruksi pemikiran kesadaran yang salah kaprah, karena hasil pemikian yang berbeda dengan arus utama yang berkembang saat ini selalu dianggap model pemikiran melawan. Sehingga perlu adanya suatu analitis kritis jangan-jangan setiap yang diangap mapan sesungguhnya bersembunyi berbagai kepentingan-kepentingan ideologis dan juga manipulasi kebenaran. Keberhasilan pembongkaran ini akan membahayakan sistem karena akan meruntuhkan pilar-pilar yang menyusun sebuah pengetahuan, namun sangat efektif untuk merubah sistem yang bobrok.
Pendidikan hari sibuk mengajarkan anak didik soal menghafal dan mendikte pengetahuan. Apalagi dengan sistem pendidikan yang berorientasi industri, pendidikan secara tersistem membongsai keritisan berfikir, kreativitas dan inovasi. Akhirnya melahirkan sumber daya manusia yang miskin daya kritis, daya imajinasi dan kreasi yang diharapkan mampu merubah tatanan masyarakat yang lebih baik.
Dalam sistem pendidikan, pelajar dan mahasiswa dipisahkan dari persoalan masyarakat yang sebenarnya. Mereka hanya belajar dan belajar, mengejar nilai dan menyelesaikan kurikulum mata kuliah yang diwajibkan. Sehingga menghasilkan mahasiswa yang pragmatis dimana fungsi sebagai social of control dan agen of change telah terlupakan bahkan nyaris punah. Padahal realitas ketidakadilan dalam masyarakat terus berlangsung dan kurang pedulian terhadap bencana yang terjadi ditengah-tengah masyarakat adalah bentuk-bentuk output dari sistem pendidikan yang berorientasi pada profit dan industri. Sadar atau tidak sadar itu telah melanda sistem pendidikan yang mengeluarkan doktrin-doktrin apatis dan sikap hedonisme yang memuat mereka hanya mengejar ijazah, sementara rakyat mengap-mengap mencari sesuap nasi.Itukah output dari sebuah lembaga pendidik sebagai bengkel akal manusia hanya menghasilkan manusia-manusia mekanik yang tak peduli lagi dengan realitas sosial bahkan mereka adalah orang-orang yang punya mata tapi tidak melihat penindasan struktur yang terjadi.
Pencipta dan Pengabdi
Menyambut bonus demografi adalah peluang untuk bangsa. Ini adalah peluang untuk generasi muda untuk menempa dirinya menjadi generasi pencipta. Merekalah yang menentukan bangsa dimasa yang akan dating. Perubahan itu harus dimulai dari pimpinan bangsa ini yang tidak lagi membuat aturan-aturan yang justru menghancurkan harapan generasi muda. Perubahan itu juga mesti dimulai dari dunia akademik terkhusus tenaga pendidikan, yang tak lagi melakukan monopoli-monopoli kebenaran yang mematikan kreatifitas, inovasi dan pemikiran kritis didalam ruang-ruang kelas. Karena generasi pencipta mesti memiliki empat kualitas personal 4-C : Coriusly, Critical Thingking, Colaboration dan Creating. Inilah modal yang dibutuhkan generasi muda yang akan datang untuk menghadapi era rovolusi industri 4.0 dan bonus demografi.
Pertama Coriously, generasi muda mesti memiliki daya imajinasi tanpa batas, tekad yang kuat, rasa ingin tahu yang tinggi dan senantiasa mengeksplore perubahan-perubahan karena ini adalah awal dan munculnya imajinasi yang dapat merubah dan berdaya cipta. Kedua, critical thingking, generasi muda harus berfikir kritis dalam merespon masalah yang ada disekitarnya dan menemukan solusi untuk menyelesaikan. Ketiga, Collaboration, generasi muda wajib menghargai keberagaman dan senantiasa menyelesaikan masalah dengan kolaborasi dan kerja tim. Dunia akademik mesti mendukung peserta didik untuk terbilat langsung dalam kegiatan-kegiatan sosial dan organisasi kemahasiswaan yang nantinya akan menjadi modal menciptakan Sumber Daya Manusia yang mampu beradaptasi disetiap perubahan. Keempat, Creating, generasi muda mesti memiliki daya cipta dan tekad yang kuat untuk senantiasa berinovasi dan berkreasi.
Memperingati hari guru nasional bukan hanya sebagai seremonial belaka namun hal itu bisa diartikan bagaimana pendidik bisa melakukan evolusi metode pendidikan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, bangsa ini mesti membangun model pendidikan yang tidak lagi mampu mencetak generasi mekanik dan dunia akademik dapat menjadi saluran generasi muda untuk mengembangakan kualitas personal pemuda untuk membangun Indonesia dimasa depan.(*)