Soal Protes Warganya, Plt Lurah Rappokalling: Kami Hanya Diundang Pihak SD Rappokalling
Menurut Laode, dirinya hanya diundang pihak sekolah menghadiri rapat yang berujung persetujuan membuka pintu baru yang kini ditolak warga.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Rappokalling Laode Ita, terkejut terkait keberatan warga atas pembukaan pintu baru di belakang pagar Kompleks Sekolah Dasar (SD) Rappokalling,
Menurut Laode, dirinya hanya diundang pihak sekolah menghadiri rapat yang berujung persetujuan membuka pintu baru yang kini ditolak warga.
Kala itu, kata Laode, dirinya mengira rapat tersebut juga dihadiri Ketua RT maupun perwakilan warga di depan pintu baru itu.
"Jadi memang kalau kenyataannya ada warga berkeberatan bisa diminta ke pihak sekolah menutup pintu baru tersebut," ujar Laode saat merespon tuntutan warga, Selasa (19/11/2019).
• Pascapenyerangan Kampus, Mahasiswa UMI Makassar Tidak Diliburkan
• FIB Unhas Tanam Mangrove, Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo Siap Koordinasikan dengan Siti Nurbaya
Penegasan senada disampaikan Ketua RW 002 Udin yang mengakui ikut rapat bersama pihak sekolah, dan beruiung pada persetujuan membuka pintu baru di depan rumah warga yang menolak.
"Kalau memang ada warga menolak ada pintu baru di depan rumahnya, berarti harus kembali ditutup. Masalah ini karena ada warga yang justru sangat ingin pintu (lama) ada di depan rumahnya tapi sekolah bersikeras menutupnya," jelasnya.
Usai menerima aduan warga, Laode Ida langsung menemui Kepala SDN Inpres Rappokalling I Dalwiah Dahlan menyampaikan keberatan warga.
Pada pertemuan itu, dia meminta pihak sekolah untuk kembali mempertimbangkan rencana pembukaan pintu baru yang kini bermasalah.
Sebelumnya, warga menolak rencana pembuatan pintu baru melalui pagar belakang Kompleks Sekolah Dasar (SD) Rappokalling, Lorong Kami, Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Makassar.
Berbeda dari sekolah kebanyakan, kompleks SD tersebut selama ini memiliki dua akses pintu masuk.
Dari gerbang utama depan melalui poros utama Jl Rappokalling Raya, dan pintu kecil berukuran 1x2 meter di pagar belakang SDN Inpres Rappokalling I melalui pemukiman warga di Lr Kami.
Pihak sekolah berencana menutup pintu kecil lama itu dan memindahkannya melalui pagar belakang SDN Inp Rappokalling I dan SDN 67 Rappokalling, yang berada persis di depan rumah sejumlah warga yang kini menolak.
"Keberadaan pintu kecil lama saja sudah mengganggu. Akses keluar masuk warga terhambat aktivitas PKL (pedagang kaki lima) dan parkir.
Belum lagi masalah lain yang sudah menimbulkan konflik warga," kata Rasyidin yang memiliki rumah persis di depan bukaan pintu baru tersebut, Senin (18/11/2019).
Keberadaan 'lubang tikus' tersebut juga membuat murid kerap berkeliaran di luar sekolah justru pada jam-jam sekolah.
Dia berharap petinggi Disdik Makassar bahkan Wali Kota Makassar Muh Iqbal Suhaeb, bisa turun tangan membantu menyelesaikan polemik tersebut.
"Kami sangat terganggu. Tolong Pak Wali bantu kami menyelesaikan persoalan yang justru bukan kami yang buat. Ini sama saja menghukum penjahat tapi orang tak bersalah yang justru divonis," ujarnya.
Keberatan serupa bahkan disampaikan Ketua RT 009 Andi Iwan. "Warga keberatan. Apalagi mereka (sekolah) menggelar rapat dengan perwakilan warga yang justru tidak terdampak dengan pembuatan pintu baru tersebut," jelasnya.
Pembuatan pagar baru itu berawal dari rencana sekolah menutup permanen pintu kecil lama di pagar belakang SDN Inpres.
Kepala SDN Inpres Rappokalling I Dalwiah Dahlan, membenarkan pihaknya ingin memberlakukan sistem satu pintu melalui gerbang utama sebagai akses keluar masuk murid laiknya sekolah lainnya.
Dia menganggap keberadaan pintu kecil itu selama ini sudah mengganggu aktivitas sekolah dan murid. Baik dari segi keamanan, ketertiban, serta dalam pengawasan murid.
Selain itu, kata Dalwiah, pihaknya mau membangun toilet baru di balik pintu lama yang nantinya ditutup.
Di sisi lain beberapa warga juga selama ini ikut terganggu dengan aktivitas pintu lama tersebut gegara PKL, parkir, dan lainnya.
Tapi rencana penutupan pintu kecil itu mendapat penolakan tiga Kepala Keluarga (KK) yang membuka kios tepat di belakang pintu lama, bersama beberapa PKL yang berjualan di atas badan jalan lorong.
Pihak sekolah lalu mengundang Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Rappokalling Laode Ita, Ketua RW 002 Udin, perwakilan babinsa, RW, termasuk pedagang yang keberatan dengan penutupan pintu lama itu.
Informasi yang dihimpun Tribun menyebutkan rapat berlangsung alot.
Sekolah bersikukuh menutup pintu pagar lama, tapi pedagang menolak dengan alasan pintu kecil itu juga jadi akses keluar masuk murid melalui pagar belakang.
Lalu Laode Ida mengambil jalan 'pintas' mengusulkan dan menyetujui pemindahan serta pembukaan pintu baru tersebut.
Persoalan baru muncul gegara keputusan sepihak pada rapat yang dilakukan tanpa mengundang warga terdampak pembukaan pintu baru tersebut termasuk ketua rukun tetangga (RT) terkait.
Ada warga mendesak pintu sekolah di depan rumahnya tapi justru mau ditutup pihak sekolah, dan dibuka pintu baru yang justru di depan rumah warga yang tidak mau karena selama ini sudah terganggu dengan aktivitas pintu lama.
"Padahal awalnya rapat penutupan pintu lama kok jadinya persetujuan membuka pintu baru.
Kami dan beberapa warga di depan pintu baru justru tidak mau ada pintu di dekat rumah karena pintu yang lama saja sudah sangat mengganggu apalagi jika ada langsung persis di depan rumah," jelas Fitri warga RT 009 lainnya.
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: