Sebatang Kara, Nenek Isa di Maros Tinggal di Gubuk Reyot, Bertahan Hidup dari Belas Kasihan Tetangga
Perjuangan hidup seorang nenek 80 tahun di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) selayaknya mendapat perhatian pemerintah.
Penulis: Amiruddin | Editor: Arif Fuddin Usman
Saat itu, ia ikut bersama suaminya, Mamma'.
Pernikahannya dengan Mamma' sempat dikaruniai buah hati.
Tetapi, anaknya yang diperkirakan baru berusia empat tahun, dipanggil Tuhan Yang Maha Esa.
Ia meninggal dunia gegara penyakit cacar yang dideritanya.
Sekitar delapan tahun yang lalu, Nenek Isa juga dipisahkan oleh maut dengan suaminya.
"Suami saya meninggal dunia delapan tahun lalu. Sejak saat itu, saya berusaha bertahan hidup dengan menjual sirih di Pasar Daya," tuturnya.
Tetapi, Nenek Isa tak bertahan lama sebagai penjual sirih di Pasar Daya.
Nenek Isa memutuskan pulang ke kampung halamannya di Maros, seiring dengan usianya yang semakin uzur.
Nenek Isa mengaku, sempat tinggal di rumah kerabatnya. Namun itu tak bertahan lama.
"Lebih baik tinggal di tempat sendiri, tidak menyusahkan keluarga, meskipun kondisinya begini," tambahnya.
Saat hujan, kata dia, di rumahnya tersebut terkadang terkena hujan.
Apalagi atap rumahnya yang hanya berbahan seng bekas, terlihat banyak yang bocor.
"Saya siapkan memang baskom atau ember untuk menadah air hujan. Biasa juga saya lari ke luar rumah kalau hujan dan angin kencang," tuturnya.
Nenek Isa menambahkan, ia pernah mendapat bantuan beras miskin atau raskin. Tapi itu hanya beberapa kali saja dapat.
"Sekarang sudah tidak ada lagi bantuan yang saya terima nak," ujarnya.