Viral Bocah di Makassar Alami Pembengkakan Mata Diduga Keseringan Main HP, Ini Penjelasan Dokter
Utamanya bagi anak-anak yang mengalami gangguan pada mata hingga mengalami luka cukup serius dianggap ada hubungannya dengan radiasi smartphone.
Penulis: Alfian | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kasus pembengkakan atau luka pada mata terkadang dihubungkan dengan seringnya seseorang beraktifitas menatap layar smartphone.
Utamanya bagi anak-anak yang mengalami gangguan pada mata hingga mengalami luka cukup serius dianggap ada hubungannya dengan radiasi smartphone.
Salah satu kasus di Makassar yakni bocah Syahlah (12) mengalami gangguan pada matanya.
Baca: 200 Orang Meriahkan Tribun Zumba Bareng IFI Makassar
Selain mengalami pembengkakan dan bernanah, bagian mata Syahlah juga mengeluarkan darah.
Ibunya, Syahrani Aras, menyebut bahwa anaknya mengalami gangguan pada mata usai menonton Youtube di smartphone hingga tertidur. Besoknya langsung mengalami penyakit yang dimaksud.
Dokter ahli mata, dr Rahma Amelia, menyebut bahwa tidak selamanya kasus pembengkakan pada mata itu dikarenakan radiasi.
Menurutnya terkadang kasus tersebut lantaran adanya infeksi.
Baca: Dokter Boyke Bongkar Bagian Sensual Nikita Mirzani yang Buat Banyak Pria Bertekuk Lutut, Bukan Dada!
"Kalau dari gambar, itu kasus infeksi. Radiasi komputer atau HP lebih berpengaruh ke saraf mata, banyak kasus begini yang selalu dihubung-hubungkan dengan penggunaan HP yang berlebihan. Tapi pada akhirnya terbukti bukan. Kasus lain yang juga viral ternyata karena glaukoma (peninggian tekanan bola mata)," ucapnya saat dikonfirmasi, Minggu (3/10/19).
Kelainan yang dimaksud dr Rahma Amelia biasa disebut dengan istilah Computer vision syndrome (CVS).
CVS atau sindroma gangguan mata merupakan masalah kesehatan pada mata yang diakibatkan oleh aktivitas berlebihan atau terlalu lama menatap layar komputer, tablet, ataupun ponsel.
Baca: BMKG: Peralihan Musim, Waspada Angin Kencang dan Petir
CVS menjadi masalah kesehatan yang kini banyak ditemui tidak hanya di kalangan pekerja kantoran. Namun juga pada anak-anak yang kecanduan memainkan game atau menonton lewat tablet bahkan ponsel.
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan CVS terjadi, diantaranya adalah penerangan dalam ruangan, jarak tubuh dengan layar, cahaya menyilaukan dari layar, posisi dan cara duduk. Serta masalah penglihatan yang mungkin sudah dialami seseorang. Semua hal ini dapat semakin memberikan ketegangan dan rasa tidak nyaman pada mata.
"Tapi untuk kasus ini saya tidak bisa komentar banyak, karena saya tidak periksa pasiennya langsung. Tapi kalau dari penjelasan ibunya serta melihat fotonya, sepertinya itu kasus infeksi," papar dokter yang kini bekerja di RSUD Pangkep ini.
Baca: Dua Adik Kandung Menteri Pertanian Perebutkan Satu Tiket Rekomendasi Partai Golkar Pilwali Makassar
Ia menambahkan demi menghindari poteni terpapar CVS anak-anak disarankan untuk membatasi penggunaan gadget.
"Biasanya kita sarankan penggunaan gadget tidak lebih dari dua jam per hari," tutupnya.
Menatap layar gadget nyatanya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia terlebih dilakukan secara terus menerus. Apalagi, jika dilakukan anak di bawah usia 12 tahun tanpa pengawasan orang tua.
Baca: Aryaduta Makassar Kenalkan Tiga Menu Baru Edisi November 2019, Harga Mulai Rp 45 Ribu
Baru-baru ini, salah satu pengguna Facebook dengan nama akun Syahryani Aras membagikan pengalamannya di media sosial pribadinya. Di mana anaknya, Syahla mengalami pembengkakan pada kedua matanya.
Syahryani menceritakan, kedua mata anaknya mengalami pembengkakan dan ada keluar cairan mirip nanah. Hal itu setelah anaknya terlalu lama menonton video di YouTube menggunakan smartphone.
"Penyesalan memang selalu datang belakangan. Tiap liat matanya Syahla keluar cairan mirip nanah sama darah merah rasanya hancur dan sakit," tulis Syahryani.
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Indosiar TV Online Madura United Vs Persipura, Akses Link Disini
Saat dikonfirmasi Tribun-Timur, ia menceritakan pengalaman buruk itu yang menimpah buah hatinya. Awalnya, Syahryani mengaku anaknya baik-baik saja dan tidak menunjukkan tanda buruk meski layar ponsel ditonton.
Saat itu, tanggal menunjukkan 18 Oktober 2019 dan anaknya menonton YouTube hingga tertidur pulas. "Posisi tidur anak saya dengan layar hp saat itu memang sangat dekat. Malam hari waktu itu. Tapi pas pagi sudah bengkak," ujar Syahryani dengan nama lengkap Syahla Arasy Zulkifli, Minggu (3/11).
Saat awal mula mata anaknya bengkak, kiranya hanya sebatas sakit mata biasa dan normal terjadi. Namun menjelang sore, 19 Oktober 2019, mata anaknya mulai mengalami bengkak.
"Dan mengeluarkan nanah. Entah itu nanah atau bukan yang pasti baunya amis," jelanya.
Baca: Granat Maros Sukses Gelar Pemilihan Duta Anti Narkoba
Dua hari berselang atau tanggal 21 Oktober, cairan merah mirip darah kemudian keluar dari mata anaknya.
Barulah ia membawa anaknya ke dokter umum untuk memeriksakan diri.
Setelah diperiksa, dokter langsung memberikan anti biotik dan salep mata.
"Dokter bilang dalam dua hari tidak ada prubahan mau dirujuk ke Orbita. Tapi Alhamdulillah hanya sehari sudah ada prubahan dan sekarang sudah sembuh," akunya.
Dokter yang memeriksa anaknya hanya menyarankan agar tidak memberikan ponsel lagi. Terkait radiasi yang disebutnya di media sosial, ia belum bisa memastikan karena dokter tak menyebutkan hal tersebut.
Baca: AMM Bakal Buka Dealer di Toraja Tahun 2020
"Intinya dokter bilang kalau belum ada prubahan nanti dirujuk ke Orbita untuk tau lebih detailnya. Tapi dokter yang periksa hanya umum dan setelah diperiksa dan diberi obat akhirnya baik," paparnya.
Konten anak-anak di YouTube seperti kartun Jamal Laeli Series, Kisah Omar dan Hana, lagu Anak-anak, Kartun lucu menjadi konsumsi Syahla. Lanjut Syahryani, anaknya yang kini berusia tiga tahun paling cepat nonton Youtube stngah jam, hingga 1 sampai tiga jam dan mulai nonton YouTube sejak usia satu tahun lebih.
Baca: 200 Orang Meriahkan Tribun Zumba Bareng IFI Makassar
Akan tetapi, jika anaknya terbangung di tengah malam, kadang sampai subuh menonton YouTube. Namun sejak peristiwa itu, ia memilih untuk mengawasi buah hatinya dalam menatap layar ponsel. Bahkan dirinya tidak lagi membebaskan anaknya menggenggam alat komunikasi canggih itu.
"Ponsel itu tidak baik untuk anak di bawah umur 12 tahun. Jangan sekedar dibatasi tapi lebih baik tidak dibiarkan menggunakan ponsel. Mencegah lebih baik karena dampaknya bahaya buat anak-anak," imbuhnya.
Baca: 200 Orang Meriahkan Tribun Zumba Bareng IFI Makassar