Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Amir Hidup dalam Kemiskinan Tak Dipedulikan Pemkab Wajo

Kehidupan Amir sungguh miris. Dirinya yang semestinya menjadi tulang punggung keluarga, tak mampu lagi mencari nafkah untuk istri dan delapan anaknya.

Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan | Editor: Imam Wahyudi
hardiansyah/tribunwajo.com
Keluarga Amir (55), yang tak pernah tersentuh bantuan pemerintah. 

Nining mengaku tidak bisa menyewa rumah dengan kondisi keuangan yang minim.

Gaji sebagai guru honorer sebesar Rp 350.000 per bulan tidak cukup untuk menyewa rumah.

Nining Suryani saat sedang mengajar.
Nining Suryani saat sedang mengajar. (KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN)

Bahkan, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja masih kurang.

Sementara itu, suaminya hanya bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu.

"Gaji saya sebagai guru hanya Rp 350.000, cair tiga bulan sekali," kata ibu beranak dua ini.

Kedua anaknya hanya pulang sesekali.

Anak pertamanya kerja di Jakarta, sedangkan yang kedua bersekolah di MTs sekitar 40 km dari Cigeulis.

Nining berharap, gajinya sebagai guru bisa naik, apalagi dia sudah mengabdi sebagai guru selama 15 tahun.

Ibu dua anak ini punya alasan khusus mengapa tetap bertahan sebagai guru honorer kendati gajinya kecil.

Dia masih menyimpan harapan untuk diangkat menjadi PNS dan mendapat penghasilan yang sesuai dengan pengabdiannya.

"Kalau enggak diangkat juga enggak apa-apa, setidaknya ada kebijakan dari pemerintah berapa kenaikan per bulan. Mau kecil mau besar saya ikhlas terima," kata Nining.

Sayangnya, tahun demi tahun berlalu, status Nining belum naik juga.

Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk kuliah lagi untuk mendapatkan gelar sarjana.

Nining mengaku sempat merasa putus asa dan menyerah.

Apalagi usianya saat ini sudah melebihi batas ambang persyaratan menjadi PNS.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved