TRIBUN WIKI
Mengenal Sosok Mohammad Yamin dalam Kongres Pemuda II, Jadi Tokoh Pendorong Bahasa Indonesia
Mengenal Sosok Mohammad Yamin dalam Kongres Pemuda II, Jadi Tokoh Pendorong Bahasa Indonesia
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun 1942.
Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo.
Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).
Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota Volksraad.
Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang.
Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran.
Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.
Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda.
Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut.
Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.
Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) dan Menteri Penerangan (1962-1963).
Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan.
Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis.
Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR.
Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut.
Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia.
Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatra Barat.
Mohammad Yamin meninggal pada 17 oktober 1962.
Ia wafat di Jakarta dan dimakamkan di tanah kelahirannya, Desa Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.
Data Diri:
Nama: Mohammad Yamin
Lahir: 24 Agustus 1903
Tempat Lahir: Sawahlunto, Sumatra Barat, Hindia Belanda
Meninggal dunia :17 Oktober 1962 (umur 59)
Bendera: Jakarta, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Karier:
Menteri Penerangan Indonesia Ke-14 (6 Maret 1962 – 17 Oktober 1962)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Ke-9 (30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Menteri Kehakiman Indonesia Ke-6 (27 April 1951 – 14 Juni 1951)
Karya-karyanya
Tanah Air (puisi), 1922
Indonesia, Tumpah Darahku, 1928
Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama), 1932
Ken Arok dan Ken Dedes (drama), 1934
Sedjarah Peperangan Dipanegara, 1945
Tan Malaka, 1945
Gadjah Mada (novel), 1948
Sapta Dharma, 1950
Revolusi Amerika, 1951
Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, 1951
Bumi Siliwangi (Soneta), 1954
Kebudayaan Asia-Afrika, 1955
Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi, 1956
6000 Tahun Sang Merah Putih, 1958
Naskah Persiapan Undang-undang Dasar, 1960, 3 jilid
Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid
Penghargaan
Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasanya pada nusa dan bangsa
Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps
Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Pataka Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat