TRIBUN WIKI
Pernah Tangkap Tommy Soeharto Kini Jadi Mendagri Jokowi, Simak Sepak Terjang Jenderal Tito Karnavian
Sosok Tito Karnivian kini melepas jabatannya sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Meski memiliki penyidik spesialis, namun perburuan Tommy Soeharto tidak berlangsung mudah.
Apalagi, obyek yang dikejar merupakan anak mantan orang nomor satu di Tanah Air.
Penemuan bunker Dengan menghilangkan rasa sungkan terhadap keluarga besar Soeharto, para penyidik menelusuri sejumlah lokasi yang diduga menjadi lokasi persembunyian Tommy Soeharto.
Fokus pencarian dilakukan di sekitar Jakarta. Dikutip dari arsip Harian Kompas pada 15 November 2000, polisi pun mengirim 18 tim untuk melakukan penggerebekan di 18 lokasi pada 14 November 2000.
Sebanyak 206 anggota polisi diturunkan untuk melakukan penggerebakan secara serentak, termasuk di kediaman keluarga besar Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta.
Salah satu target penggerebekan adalah menemukan bunker yang diduga menjadi tempat persembunyian Tommy Soeharto.
Awalnya, pencarian tidak berlangsung dengan mudah.
"Kami sudah cari dengan berbagai cara, termasuk mengangkat karpet- karpet, mengetuk-ngetuk dinding, dan membuka semua lemari, tetapi kami tidak menemukan pintu masuk ke bunker atau ruang bawah tanah," kata Tito Karnavian.
Pencarian bunker itu pun kemudian membuahkan hasil setelah beberapa bulan pencarian. Pada 16 Januari 2001, polisi membongkar lantai rumah Tommy Soehartodi Jalan Cendana Nomor 12, Jakarta.
Menurut Tito Karnavian, pembongkaran lantai dilakukan bukan untuk mencari Tommy Soeharto, namun untuk memastikan ada ruang persembunyian khusus.
Dengan demikian, jika ada pemeriksaan lagi maka pencarian ruang bawah tanah yang diduga jadi tempat persembunyian terpidana tukar guling PT Goro-Bulog itu tidak akan luput dilakukan.
Ruang itu diketahui berukuran 4x4 meter di kedalaman 3 meter. Saat ditemukan polisi, ruangan tampak rapi dan tidak penuh debu.
Ada lemari dan kitchen set dalam formasi U di dalamnya. Periksa pola komunikasi Bunker ditemukan, namun Tommy belum juga ditemukan.
Tim Kobra pun terus melakukan pencarian dan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah orang yang diduga tahu keberadaan TommySoeharto.
Dilansir dari Harian Kompas pada 29 November 2001, titik terang baru didapat saat polisi menahan salah satu teman Tommy Soeharto, Hetty Siti Hartika di Apartemen Cemara, Menteng, Jakarta Pusat pada 6 Agustus 2000.
Keterangan tambahan juga didapat saat polisi menangkap tersangka pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita pada 7 Agustus 2000, yang ketika itu diketahui melibatkan Tommy Soeharto. P
enyidik berjumlah 25 orang yang dipimpin Tito Karnavian itu kemudian menemukan jaringan komunikasi orang-orang dekat Tommy Soeharto.
Diketahui, pola komunikasi kerap dilakukan di empat tempat, yakni Menteng, Pondok Indah, Bintaro, dan Pejaten.
Tim Kobra itu kemudian memantau sinyal telepon dan merekam pembicaraan telepon untuk mencari Tommy. Hingga kemudian penelusuran itu membawa polisi ke rumah di Jalan Maleo II Nomor 9, Bintaro Jaya, Tangerang.
Kemudian pada Rabu, 28 November 2001, penggerebekan pun dilakukan untuk menangkap Tommy. Tommy sedang tidur saat ditangkap. "Tampangnya sangat memelas," kata penyidik.
Penangkapan Tommy dinilai Kapolri saat itu, Jenderal S Bimantoro, sebagai salah satu prestasi Polri. Karena itu 25 anggota Tim Kobra pun mendapat kenaikan satu tingkat. Tito Karnavian yang saat itu berpangkat Komisaris Polisi pun dinaikkan setingkat menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi.
Tidak hanya kenaikan pangkat, penangkapan Tommy Soeharto pun menjadi salah satu momentum dalam karier Tito Karnavian, hingga akhirnya saat ini ditunjuk menjadi calon tunggal Kapolri.
Biodata:

Nama: Tito Karnavian
Nama Lengkap: Jenderal Polisi Prof Drs H Muhammad Tito Karnavian, MA, PhD
Lahir: Palembang, Sumatra Selatan, 26 Oktober 1964
Orang Tua: Kordiah (Ibu)
Achmad Saleh (Ayah)
Pasangan: Ir Hj Tri Suswati
Anak:Via
Opan
Agga
Alma mater: Akademi Kepolisian (1987)
Pekerjaan: Polisi
Penghargaan sipil: Adhi Makayasa (1987)
Riwayat pendidikan
SD Xaverius 4 di Palembang (1976)
SMP Xaverius 2 di Palembang (1980)
SMA Negeri 2 Palembang (1983)
Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.[7]
Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik
Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
Sespim Pol, Lembang (2000)
Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013)
Kasus menonjol yang pernah ditangani
Bom Kedubes Filipina (2000)
Bom malam Natal (2000)
Bom Bursa Efek Jakarta (2001)
Bom Plaza Atrium Senen (2001)
Bom Makassar (2002)
Bom JW Marriott (2003)
Bom Kedubes Australia (2004)
Bom Bali II (2005)
Mutilasi 3 siswi di Poso (2006)
Bom Pasar Tentena (2005)
Bom Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott (2009)
Bom bunuh diri Polres Cirebon (2011)
Bom Sarinah Thamrin (2016)
Operasi Tinombala (2016–Sekarang)
Buku
Indonesian Top Secret: Membongkar Konflik Poso, Gramedia, Jakarta, 2008.
Regional Fraternity: Collaboration between Violent Groups in Indonesia and the Philippines, Bab dalam buku "Terrorism in South and Southeast Asia in the Coming Decade", ISEAS, Singapura, 2009.
Bhayangkara di Bumi Cenderawasih, ISPI Strategic Series, Jakarta, 2013.
Explaining Islamist Insurgencies, Imperial College, London, 2014.
Tanda Pangkat
Letnan Dua (1987)
Letnan Satu (1990)
Kapten (1993)
Mayor (1997)
Ajun Komisaris Besar Polisi (2001)
Komisaris Besar Polisi (2005)
Brigadir Jenderal Polisi (2009)
Inspektur Jenderal Polisi (2011)
Komisaris Jenderal Polisi (2016)
Jenderal Polisi (2016)
Riwayat Jabatan
Pamapta Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1987)
Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1987–1991)
Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1991–1992)
Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya
Sespri Kapolda Metro Jaya (1996)
Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1996–1997)
Sespri Kapolri (1997–1999)
Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)
Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)
Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulsel (2002)
Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002–2003)
Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003–2005)
Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004–2005)
Kapolres Serang Polda Banten (2005)
Kasubden Bantuan Densus 88/AT Bareskrim Polri (2005)
Kasubden Penindak Densus 88/AT Bareskrim Polri (2006)
Kasubden Intelijen Densus 88/AT Bareskrim Polri (2006–2009)
Kadensus 88/AT Bareskrim Polri (2009–2010)
Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011–21 Sept 2012)
Kapolda Papua (21 Sept 2012–16 Juli 2014)
Asrena Polri (16 Juli 2014–12 Juni 2015)
Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015–16 Maret 2016)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (16 Maret 2016–13 Juli 2016)
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (13 Juli 2016–Sekarang).(*)
Resmi Jadi Menteri Pertanian, Ini Perjalanan Karier Birokrat Syahrul Yasin Limpo Sejak Jadi Lurah
DAFTAR LENGKAP 33 Calon Menteri Kabinet Kerja Jilid II Jokowi-Maruf Amin, Bakal Dilantik Hari ini
RESMI! Susunan Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Maruf Amin, Siapa Gantikan Susi Pudjiastuti?