IMDI, OKP Nasional Kelahiran Sulsel
Untuk memeriahkan usia setengah abad ini, IMDI menghadirkan kader dari angkatan pertama hingga kini
Oleh: M Ikbal Shihab
Ketua Ikatan Mahasiswa Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) Makassar
Ikatan mahasiswa DDI (IMDI) adalah satu Badan Otonom dari Ormas Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI). Lembaga ini menghimpun mahasiswa untuk mengabdi kepada trilogi DDI. Kini IMDI sudah menjadi organisasi kepemudaan (OKP) level nasional. Bisa jadi, IMDI satu-satunya OKP nasional yang lahir di Sulsel.
IMDI lahir 10 Oktober 1969 pada Muktamar XI DDI di Watassoppeng Kabupaten Soppeng. Pada awal didirikanya, IMDI bersifat perwakilan mahasiswa untuk mengikuti muktamar. Dalam artian, belum eksis secara organisatoris.
Perkembangan IMDI dari awal hingga memasuki periode ke-4 lebih banyak berkutat pada pengembangan DDI secara keseluruhan, sehingga terkesan lamban dalam menangani masalah pengembangan struktur organisasi dan kelembagaan.
Eksistensi IMDI sabagai organisasi kader berbasis kemahasiswaan mulai tampak pada tahun 1980-an. Di masa ini, IMDI Setelah mencoba melakukan kegiatan kaderisasi, tetapi masih sangat terbatas pada daerah tertentu seperti Parepare, Barru, Pangkep, dan Makassar.
Setelah Muktamar
XVII DDI di Makassar, IMDI dengan Ketua PP Ibrahim Abubakar berusaha menunjukkan kreativitasnya dengan memindahkan sekretariat pucuk pimpinan dari Kotamadya Parepare bersamaan dengan pindahnya Sekretariat PB DDI ke Ujung Pandang saat itu.
IMDI periode 1993-1998 yang dinakhodai H Azhar Arsyad SH semakin berkembang di beberapa daerah strategis seperti Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Pucuk pimpinan di masa ini aktif melakukan rihlah ilmiah ke Kalimantan Timur. Pada periode ini pula, IMDI cukup banyak menelorkan kadernya melalui kegiatan kederisasi yang dilakukan, baik tingkat dasar maupun tingkat menengah, serta banyak melakukan rihlah ke pondok-pondok pesantren DDI di Sulsel.
Di akhir periode 1993-1998, IMDI kembali menorehkasn reputasi dengan berhasilnya melakukan kongres bersama badan otonom DDI (IMDI,IP DDI, dan FADI) di Pondok Pesantren Kaballangan, Pinrang, 1999. Saat itu terpilih Sudirman Haddise sebagai ketua PP.
Pascakongres bersama di Pinrang, semua badan otonom DDI mengalami kondisi memprihatinkan. Kondisi ini terjadi hingga akhir periode kepengurusan dengan terlaksananya kongres bersama IMDI dan IP DDI di Sidrap yang dihadiri Menko Polkam.
Kepengurusan baru IMDI kemudian dinakhodai Kasim Abubakar. Kepengurusan hasil kongres VII ini disemangati proses menata ulang organisasi setelah mengalami masa suram.
Di bawah kepemimpinan Kasim Abubar, kaderisasi IMDI menggeliat lagi, apalagi setelah Pimpinan Pusat IMDI hijrah ke Makassar.
Setelah kongres VIII di Asrama Haji Sudiang, 2019, IMDI dinakhodai Budiarti A Rahman. Pada dasarnya roda organisasi tak jauh berbeda dengan arus laut, terjadi pasang surut. Namun priode 2009-2013 ini dikenang sebagai masa pengembangan karena keaktifan kaderisasi serta berbagai kegitan hingga Diklat Kader Menengah (DKM).
Kongres IX IMDI memulai kemandirian dengan tidak mengikut pada muktamar DDI dengan melaksanakan kongres secara mandiri di Pinrang. Namun terjadi dinamika organisasi hinggaakhirnya IMDI menyelesaikan kongres di Kampus STIE Amkop Makassar dan menetapkan Anwar Saleng sebagai ketua formatur.
Di masa kepemimpinan Anwar Saleng, IMDI semakin rutin melakukan pengkaderan hingga terbentuk beberapa cabang di daerah. PP IMDI pula pada saat itu yang menginisiasi peraturan bahwa setiap mahasiswa DDI yang terdaftar di perguruan tinggi yang dinaungi DDI wajib
mengikuti Diklat Kader Dasar IMDI.