Pengurus Baru NU Makassar Awali Lailatul Ijtima di Masjid Fajar Rahmah
Masjid ini dipilih atas dasar pemiliknya warga Nahdliyin dan terletak di wilayah Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Biringkanaya
Citizen Reporter, H Jurlan Em Saho’as, Wakil Ketua MWC Nahdlatul Ulama Biringkanaya
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kota Makassar yang baru saja terpilih periode 2019-2024 menggelar silaturrahmi dan dzikir bersama dengan warga NU dan pengurus masjid yang dikemas dalam bentuk kegiatan bertajuk “Lailatul ijtima”.
Kegiatan yang sudah jadi tradisi pengurus dan jamaah Nahdliyin dan digelar pada setiap malam Jumat itu dilangsungkan secara bergilir di setiap kecamatan dengan materi zikir bersama, pembacaan kitab Albarzanji dan taushiyah menampilkan ulama dan cendikiawan NU membahas persoalan-persoalan keummatan.

Mengawali rencana pelantikan awal Oktober mendatang, pengurus baru tersebut mengawali kegiatannya dengan melangsungkan Lailatul ijtima yang digelar Kamis malam (19/09/2019) di Masjid Fajar Rahmah, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 17, Makassar.
Masjid ini dipilih atas dasar pemiliknya warga Nahdliyin dan terletak di wilayah Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Biringkanaya sebagai sahibul bait.

Kegiatan yang dihadiri Ketua Tanfidziyah Dr.K.H. Kaswad Sartono, M.Ag. dan Rais Syuriah Dr. K.H. Baharuddin HS. MA., diikuiti ratusan warga Nahdliyin yang memenuhi ruangan masjid menampilkan Dr.K.H. Andi Aderus A.B. Pasinringi, LC.,MA. Sebagai pembawa taushiyah.
Ketua Tanfidziyah Dr. K.H. Kaswad Sartono dalam sambutannya mengharapkan, pengurus NU di semua tingkatan, baik MWC dan ranting maupun lembaga otonom NU, majelis taklim dan pengurus masjid lainnya memakmurkan masjid dengan membudayakan tradisi NU dalam berbagai aspek kehidupan.
Kabid Haji Kantor Kementerian Agama Sulsel itu juga mengharapkan, agar semua jajaran pengurus dan waga Nahdliyin dapat memelihara hubungan silaturrahmi dengan masyarakat lainnya di wilayahnya dalam bingkai ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah.
“NU dapat besar dan bertahan dalam kebesarannya karena didukung oleh ketaatan dalam berbuat kebajikan kepada semua ummat. Ummat bisa baik karena didukung oleh kekuatan ulama. Karenanya, kedepan seluruh perangkat NU, mulai dari pengurus pusat, wilayah sampai badan-badan otonom, termasuk majelis taklim dan pengurus masjid akan tampil bersama-sama dengan ummat,” kata Dr. H. Kaswad.
Dr.KH. Andi Aderus A.B. Pasinringi,LC.,MA. dalam taushiyahnya mengatakan, Islam itu tumbuh besar di Indonesia karena tumbuh dari bawah. Beda di negara-negara lain Islam tumbuh dari atas.
Salah satu contohnya, adalah masjid-masjid di Indonesia dibangun oleh warga masyarakat sehingga dalam sekejap bangunannya selesai dan jumlahnya bertambah pesat dari waktu ke waktu.
“Beda di negara lain, seperti di Malaysia, Brunai, Singapura dan bahkan di negara-negara Timur Tengah. Disana masjid dibangun oleh pemerintah sehingga perkembangan Islam tidak sebesar di Indonesia,” kata Kiyai Andi Aderus.
Menurut Kiyai Andi Aderus, Islam yang tumbuh dari bawah yang mengakar di tengah masyarakat tentu sangat kuat untuk berkembang pesat dan tumbuh berkemajuan.
Beda dengan Islam yang tumbuh dari atas, kemajuan Islam sangat ditentukan oleh pemimpin yang terpilih.
Jika pemimpinnya bukan dari kalangan Islam maka sudah pasti tidak memiliki perhatian terhadap Islam.