Ini Alasan Unibos Kembali Gandeng Rocky Gerung Jadi Pemateri Kuliah Umum
Ini Alasan Unibos Kembali Gandeng Rocky Gerung Jadi Pemateri Kuliah Umum
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Suryana Anas
Kondisi inilah yang membuat penyebaran radikalisme di lingkungan kampus menjadi sangat subur. Pasalnya, di era milenial ini, penguatan budaya dan kearifan lokal di kalangan terdidik sudah sangat kurang sekali. Belum lagi wawasan kebangsaan dan nasionalisme yang semakin tipis karena tergerus karena masuknya ideologi-ideologi transnasional dari luar negeri.
“Itulah masalahnya, narasi-narasi intoleransi dan sejenisnya itu mudah menyebar di kalangan mahasiswa dan masyarakat, ya karena terlepasnya nilai-nilai budaya dari doktrin agama. Padahal nilai budaya dari doktrin agama itu seharusnya bisa menjadi benteng untuk menangkis serangan radikalisme itu. Kalau bentengnya rapuh, otomatis akan mudah goyah diserang,” papar Suhardi yang juga pakar deradikalisasi ini.
Ia menyarankan, agar dua variabel diatas yaitu budaya dan agama harus segera disinergikan dalam berbagai kebijakan legislasi nasional.
Pasalnya, bila tidak pencegahan terhadap dinamika masyarakat yang mengarah pada perilaku intoleransi, akan sulit dilakukan. Lebih-lebih lagi pada tahapan penindakannya.
Untuk itu, para tokoh agama dan masyarakat juga harus ikut aktif membina masyarakat sesuai porsi dan urgensinya masing-masing dan dibawah panduan serta fasiltasi dari pemerintah.
“Spektrum penegakan hukum tidak akan mampu menyelesaikan masalah radikalisme ini. Bahkan untuk meredam pun sangat sulit jika jumlah masyarakat yang berprilaku intoleransi demikian banyaknya,” jelas pria yang juga praktisi hukum ini.
Siapa Suhardi Somomoeljono?
Dilansir dari wikipedia, lahir di Trenggalek, 6 September 1959 sebagai anak keenam dari 10 bersaudara.
Ia adalah keturunan para pejuang kemerdekaan.
Kakeknya yang pernah menjadi Lurah, ikut andil menentang penjajahan Belanda pada masa Budi Utomo.
Darah pejuang itu lalu turun ke ayah Suhardi yang berprofesi sebagai tentara.
Ia ikut berperang melawan penjajahan sejak jaman Jepang.
Di samping itu, ajaran Islam tumbuh subur di keluarga ini sejak lama.
Ayah Suhardi yang meski seorang tentara, ternyata juga dikenal sebagai pribadi religius yang memiliki latar belakang lulusan pesantren di Trenggalek.
Di tengah keluarga seperti inilah, Suhardi tumbuh.