Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemkot Makassar Kurang Peduli Terhadap Kesehatan dan Pendidikan Difabel?

Meski, frekuensinya tidak begitu signifikan. Namun kenyataannya, perlakukan diskrimintarif itu dilakukan oleh petugas kesehatan, baik dokter maupun

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ansar
muslimin emba/tribun-timur.com
ICW dan PerDIK, memaparkan hasil riset layanan publik bagi difabel di hotel Ibis, Jl Jenderal Sudirman Makassar, Sabtu (14/9/2019) siang. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK) menemukan masih adanya perlakuan diksriminatif terhadap difabel saat mengakses layanan kesehatan di Kota Makassar.

Meski, frekuensinya tidak begitu signifikan. Namun kenyataannya, perlakukan diskrimintarif itu dilakukan oleh petugas kesehatan, baik dokter maupun perawat.

Hal itu terkuak dari hasil survei yang dilakukan PerDIK dan Indonesia Corruption Wacth (ICW) di lima kecamatan Kota Makassar (Tallo, Biringkanaya, Panakukkang, Manggala dan Rappocini).

Dari 200 difabel yang dijadikan responden pada survei yang dilakukan ICW dan PerDik pada April 2018 lalu.

Sembilan diantaranya mengaku masih mendapatkan perlakuan diskriminatif dari petugas kesehatan saat mengakses layanan kesehatan.

Dua Anggota Dewan Asal PPP Ikut Daftar, Sebanyak Ini Balon Bupati yang Diterima PDIP

Hasil FP3 dan Kualifikasi MotoGP San Marino 2019, Maverick Vinales Pole Position, Marc Marquez ke-5

Diiming-imingi Uang Rp 4 Juta, Gadis ini Rela Berpose Tanpa Busana

Seperti yang diungkapkan komisioner Perdik Sulsel Kandachu, yang menjadi peserta saat ICW dan PerDIK, memaparkan hasil riset layanan publik bagi difabel di hotel Ibis, Jl Jenderal Sudirman Makassar, Sabtu (14/9/2019) siang.

Menurutnya, perlakuan diskrimintaif yang pernah ia temui saat mengakses layanan kesehatan, terjadi di front office.

"Yang penah saya alami itu di front office, kadang-kadang kita datang, mungkin karena ketidak tahuan petugas (kesehatan) tentang kebutuhan sibuta dan situli misalnya," katanya.

"Kita disambut, dengan kata 'mauko apa anu', dari segi nada saja kita dengar itu saya rasa sudah diskriminitafi," katanya.

Beberapa difabel berpendidikan sarjana atau sekolah menengah atas, memilih melaporkan perlakuan diskriminatif itu.

Namun kebanyakan, mereka (difabel) yang berpendidikan hanya tamatan sekolah dasar memilih diam arau pasif.

Perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota Makasdar dr Ida yang turut hadir sebagai peserta pada presentase hasil survei itu.

Dia mengungkapkan, pada puskesmas di Kota Makassar, pihaknya telah melakukab pemilhan, untuk pasien disabilitas, lansia dan anak-anak. Khususnya pada front office puseksemas.

Dua Anggota Dewan Asal PPP Ikut Daftar, Sebanyak Ini Balon Bupati yang Diterima PDIP

Hasil FP3 dan Kualifikasi MotoGP San Marino 2019, Maverick Vinales Pole Position, Marc Marquez ke-5

Diiming-imingi Uang Rp 4 Juta, Gadis ini Rela Berpose Tanpa Busana

"Untuk diskriminasi yang diungkapkan, itu mungkin kelemahan individu per individu, karena tidak semua puskesmas juga seperti itu".

"Bisa jadi, pada saat itu terjadi krodet, misalnya banyak antrean dan mungkin petugas ini juga mulai kelelahan," kata Ida.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved