Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Kearifan Napo Sulbar dan Magnet Sufistiknya

Desa Napo adalah tempat yang pas untuk mengenal lebih jauh budaya Mandar, menyelami kehidupan warga Napo yang masih setia merawat tradisi.

Editor: Aldy
zoom-inlihat foto OPINI - Kearifan Napo Sulbar dan Magnet Sufistiknya
tribun timur
Kader Gerakan Pemuda Ansor Polman

Oleh:
Muhammad Arif
Kader Gerakan Pemuda Ansor Polman

Tak tahu persisnya, tapi sudah kesekian kali saya berkunjung ke sini: Dusun Napo, Desa Napo Kecamatan Limboro, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Perkampungan adem, jejeran rumah panggung dan kehidupan warganya yang bijak bestari.Napo berada di kaki bukit, dialiri lembang (anak sungai).

Ditumbuhi pohon bambu yang rimbun di hampir setiap sudut kampung. Saya yang tinggal di Desa Mombi, Kecamatan Alu, sejak kecil tak asing dengan kampung bersejarah ini.

Selain leluhur orangtua saya (dari bapak) berasal dari Samasundu (desa yang berbatasan dengan Napo), kearifan warga Napo telah turun temurun saya ketahui dari cerita para tetua kampung dimana saya dilahirkan.

Pada April lalu, saya menjumpai kearifan warga Napo yang lembut nian itu. Saat bertamu di salah satu rumah warga, pemilik rumah sudah menyapa saya dengan sangat bersahaja " lappo' tau mai puang" yang berarti ajakan untuk naik ke rumah.

Sapaan ‘puang’ ke saya terasa ganjil. Sebab orang mengucapkannya itu hampir seumuran denganku.

Di atas rumah, kami berbincang santai. Saya meminta dengan halus, agar menyapa dengan biasa saja, tanpa kata ‘puang’. Sebab umur saya dengan dia yang tidak terlampau jauh.

Tapi, kata saudara iparnya, yang kebetulan sekampung dengan saya, bahwa sapaan itu sudah menjadi tradisi penghormatan kepada orang yang lebih tua di Napo, meski selisih umur beda sedikit.

Baca: Berstatus Tersangka Pungli, Camat Simbang Tetap Ngantor

Selain cerita tentang kearifan warga Napo, cerita yang paling sering saya dengar adalah kisah guru spritual yang zuhud dari Napo yaitu Almagfurlah Annanggurutta' KH Muhammad Yahya atau populer di masyarakat Mandar dengan sebutan: Annangguru Pocci'.

Tempat peristirahatan terakhirnya bisa kita jumpai tepat dibelakang masigi kayyang (masjid besar) Napo.

Jika para pembaca pernah berkunjung ke rumah-rumah warga di Mandar, terutama di Napo, sering kita mendapati gambar beliau dipajang di dalam rumah.

Gambar Annangguru Pocci' yang terpasang bersama tokoh spritual Mandar yang sudah sangat dikenal khalayak yaitu Imam Lapeo (Almagfurlah KH. Muhammad Thahir).

Apa hubungan antara Annangguru Pocci' dengan Imam Lapeo?

Dari sekelumit kisah yang terngiang ke telinga, dituturkan oleh warga dan sejumlah pemuka agama, kedua tokoh sufi ini adalah sahabat karib serta pernah berguru agama bersama.

Mereka pernah nyantri bareng di Pulau Salemo, Kabupaten Pangkep, Sulsel. Beliau-beliau menggali ilmu agama kepada Almagfurlah Syekh KH Abdul Rahim (Puang Walli), tokoh Sufi mahsyur yang dimakamkan di Pulau Sabutung, Pangkep.

Beliau inilah, Puang Walli, yang banyak mendidik ulama-ulama khos di Sulawesi.

Baca: Gadis Asal Bulukumba Ini Terima Penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka

Semisal pendiri DDI Almagfurlah Anregurutta KH Ambo Dalle' dan Almagfurlah Syekh Habib Jamaluddin Assegaf Puang Ramma (mursyid tarekat Khalwatiah Syekh Yusuf) dan ulama-ulama ternama Sulsel lainnya.

Selama di Salemo, Annangguru Pocci' bersama Imam Lapeo, mattale' kitta' (ngaji kitab), mulai dari fiqh hingga tasawuf.

Hingga akhirnya kembali ke Mandar setelah belajar begitu dalam dengan guru mulia, Puang Walli tersebut.

Annangguru Pocci' selain menjadi pemuka agama, beliau juga menjadi guru pamacca' (pencak silat).

Murid-murid beliau tersebar hingga ke Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, terutama di pesisir Pangali-ali.

Muridnya yang terkenal dan merupakan tokoh sufi di Mandar yaitu Almagfurlah KH Sunusi Bakkarang yang dimakamkan di lereng bukit (biring buttu) di Kelurahan Pangali-ali, Kabupaten Majene.

Tempat yang sekarang lagi ramai-ramainya diberitakan media bahwa biring bonde'nya (pantai) akan direklamasi.

Selain Imam Biring Buttu, nama Annanggurutta' Imam Salibo'o, yang di makamkan di masjid Saliboo, Dusun Salibo'o, Desa Napo, Kecamatan Limboro, Polewali Mandar, juga ketahui memiliki sanad keilmuan ke Annangguru Pocci'.

Baca: Desanya Sering Kekurangan Air, Pemuda Bontonyeleng Bulukumba Ini Ingin jadi Kades

Karomah Imam Salibo'o inilah yang pernah membuat seisi Napo dan sekitarnya terhenyak.

Saat beliau mangkat dan hendak dimakamkan, warga yang mengangkat jenazahnya heran dan takjub-setakjub takjubnya.

Tatkala berada di liang lahat, seketika jenazah sang imam yang tadinya utuh, tiba-tiba hanya tinggal selembar kain kafan.

Salah seorang warga di Dusun Sepang, Desa Lembang-lembang, Kecamatan Limboro, Polewali Mandar, yang hadir di pemakaman tersebut, pernah bercerita tentang peristiwa itu ke saya.

Kawan saya itu, menghadiri langsung dan mengantar jenazah sang imam ke pemakaman.

Konon, Annangguru Pocci', sewaktu hendak dimakamkan juga memiliki karomah serupa. Jenazahnya yang tadinya utuh juga tinggal kain kafan..

Sejak berpulangnya Imam Salibo'o, ajaran Annangguru Pocci' kini dilanjutkan putera Imam Biring Buttu Pangali-ali yaitu Annanggurutta' KH Mawahid Sunusi Bakkarang yang sekarang menjadi imam masjid di Pangali-ali, Kabupaten Majene.

Setiap tahun, pada malam-malam 20 terakhir Ramadhan, jamaah yang ada di Pangali-ali akan beramai-ramai ke Masjid Salibo'o di Desa Napo tarwih bersama dan mendengar tauziah Ramadan yang dibawakan oleh putera Imam Biring Buttu Pangali-ali, Annanggurutta' KH. Mawahid Sunusi Bakarrang,.

Ia juga salah satu muballigh muda dari Pambusuang, alumni pesantren DDI Mangkoso Barru, Annanggurutta' KH. Muhammad Khidman.

Baca: Infrastruktur Dusun Borongbulo Gowa Segera Dibenahi

Beliau, Annangguru Khidman, sewaktu Imam Saliboo akan mangkat, jelang sakratul maut, diminta khusus untuk datang menemui beliau.

Imam Salibo'o meminta kepada keluarganya untuk mencari muballigh muda itu. Padahal hari-hari dan tahun tahun sebelumnya, keduanya belum pernah bertemu wajah.

Demikian narasi singkat Desa Napo di Kecamatan Limboro, Polewali Mandar yang saya coba ceritakan dari perspektif dan sudut yang lain.

Jika anda punya waktu luang dan ingin berlibur bersama keluarga, sahabat dan handai taulan.

Desa Napo adalah tempat yang pas untuk mengenal lebih jauh budaya Mandar, menyelami kehidupan warga Napo yang masih setia merawat tradisi.

Yang paling penting lagi, menyambangi perkampungan ini adalah ikhtiar untuk meraup berkah dari jejak jejak para aulia yang menjadi cahaya keberkahan di bumi Mandar tercinta.(*)

Catatan: tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi cetak, Jumat (06/09/2019)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Reshuffle Menteri

 

Angngapami?

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved