Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

5 Fakta Suherman Bunuh Ayah Kandung Gegara Terganggu Suara Ngorok, Pelaku Ternyata Bekas Bos

Lima fakta Suherman bunuh ayah kandung gegara terganggu suara ngorok, pelaku bekas bos.

Editor: Edi Sumardi
WARTA KOTA
Jenazah Juminta, korban pembunuhan oleh anak kandung, Suherman. 

4. Kondisi kejiwaan Suherman

Taifur mengatakan, dari keterangan keluarga, Suherman sejak beberapa tahun belakangan memang mengalami masa-masa sulit.

Ia dahulu sempat memiliki usaha jual beli barang rongsokan yang cukup maju.

"Memang dia dulu usaha lapak sukses, ya namanya usahakan lalu ngedrop, terus seiring berjalannya waktu, ditambah dengan masalah rumah tangga, dia pisah, intinya dia banyak pikiranlah," kata Taifur.

Oleh pihak keluarga, Suherman kemudian diurus, ia juga selama ini kerap menjalani pengobatan di puskesmas setempat.

Sehari-hari, kondisi kejiwaanya memang dikenal labil.

Anak ketiga dari tiga bersaudara ini suka bertingkah laiknya pengidap gangguan jiwa seperti marah-marah sendiri.

"Puskesmas yang selama ini mengawasi kesehatannya juga sempat menyarankan keluarga agar dibawa ke rumah sakit jiwa, tapi dari keluarga karena mungkin aib, malu atau gimana ya, dia suka ngamuk, tapi kalau lagi sadar ya normal kaya orang biasa aja," ujar Taifur.

Meski begitu, Polsek Sukatani sampai saat ini masih melakukan pemeriksaan terhadap Suherman.

"Kita masih periksa, kita sudah introgasi tapi memang ya begitu kadang suka ngelantur atau diam ketika ditanya, karena orang kaya gitu artinya masih labil kejawaannya tapi kita belum bisa memastikan karena itu ranahnya medis," kata Taifur.

5. Pelaku bekas bos lapak

Turiman (40) warga setempat mengungkapkan, Suherman dahulu merupakan bos lapak rongsokan.

Akan tetapi 5 tahun lalu usahanya bangkrut, tak lama itu juga ia ditinggal istrinya.

"Dulu banyak uang, saat masih jadi bos limbah bos lapak. Dia baik juga, kalau lagi pulang ke rumah suka kasih rokok kopi aja sama bapak-bapak disini," ujarnya, Minggu (1/8/2019).

Ketika usahanya bangkrut dan ditinggal istri ia kerap menyendiri.

"Dulu tinggal di lapak rongsokannya engga jauh dari rumahnya. Tapi pas bangkrut sekitar satu tahun jadi tinggal sama orangtuanya," kata dia.

Kemudian, saat tinggal bersama orangtuanya beberapa kali terlihat Suherman kumat dengan marah dan teriak-teriak sendiri.

"Suherman memang setelah waras, kalau lagi kumat ya gitu. Suka berantem jadinya sama bapaknya atau keluarganya," kata dia.

Sarni mengungkapkan, pihak keluarga sudah beberapa kali melakukan pengobatan ke Puskemas dan sudah disarankan dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

Akan tetapi ia tak melakukan pengobatan ke RSJ dikarenakan terkendala biaya dan jarak.

"Kami engga punya uang, jauh juga kalau mau berobat kan. Terus anak saya ini juga engga gila cuman depresi aja," jelas Sarni.

Mengetahui kondisi kejiwaan seperti itu, kata Sarni, tempat tinggal Suherman dipisahkan dari anggota keluarga lainnya.

"Herman kan ada kakanya dua perempuan, udah pada nikah juga. Jadi dipisahin tempat tinggalnya tapi masih satu kampung. Bapak (korban) yang jagain Herman," ucap dia.

Sarni tak menyangka suaminya akan dibunuh dengan cara seperti itu oleh anaknya sendiri.

Selama ini Juminta ayah kandung pelaku sengaja tinggal satu rumah dengannya untuk menjaga dan menemaninya agar tidak sendiri.

"Herman memang sering ditemani ayahnya di rumah itu. Kalau tidur Herman di kamar ayahnya di ruang depan ruang TV," katanya.(*)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved