Tanggung Jawab Sosial Pendidikan untuk Papua
SEIRING dengan perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2019, ada kado pahit.
Zakir Sabara H Wata
Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia ( FTI UMI )
SEIRING dengan perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2019, ada kado pahit.
Rasisme menyeruak dan memicu unjuk rasa di Manokwari, Sorong, Fakfak, Jayapura, dan Teminabuan.
Bahkan merebak ke seluruh Tanah Papua.
Bahkan setelah dua pekan berlalu, masih saja ada individu tertentu yang menjadikan ini sebagai “kesempatan” untuk mengail di air yang keruh.
Sehingga mulai bertambah pekerjaan rumah yang semakin ruwet.
Kota Jayapura yang juga disebut Soekarno dengan Kota Baru, bahkan bagian Jayapura juga masih dinamakan Kota Raja, menjadi bagian dari perjuangan bangsa melampaui 7 dasawarsa.
Kota Jayapura mengalami ujian dimana kantor Majelis Rakyat Papua yang menjadi lambang perwakilan adat sebagai institusi negara dibakar oleh oknum-oknum yang menunggangi unjuk rasa.
Untuk itu ke depan, salah satu agenda pokok yang dapat dijalankan perguruan tinggi adalah mengembangkan program-program kolaborasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia Papua melalui tanggung jawab sosial perguruan tinggi.
Dari UMI untuk Papua
Tahun 2017, Fakultas Teknologi Industri pada Universitas Muslim Indonesia ( FTI UMI ) secara khusus mengadakan rapat kerja di Raja Ampat, Papua Barat.
Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, FTI UMI menyelenggarakan rapat kerja di bagian barat Indonesia.
Namun dengan keperluan untuk menjadikan FTI UMI dengan wawasan nasional sehingga aktivitas penting fakultas menjangkau seluruh wilayah Indonesia yang di dalamnya juga terdapat Papua.
Kunjungan dalam rangka rapat kerja tersebut menjadi awal dalam pelaksanaan kolaborasi yang luas.