OPINI
OPINI - Pak Amir Disiplin dan Tegas, Tapi Humanis
Cerita tegas dan kerasnya prinsip Pak Amir sudah jadi buah bibir hingga kini. Tetapi, beliau adalah seorang yang sangat humanis.
“Dahlan, sedang dirawat di Rumah Sakit Dadi, Prof,” kata Pak Anwar Arifin pelan setelah amarah Pak Amir reda.
Setelah mendengar ucapan Pak Anwar Arifin tersebut, tidak sepotong lagi kata-kata yang terlontar dari Pak Amir. Malah beliau menyampaikan Pak Anwar Arifin sudah boleh meninggalkan ruang kerjanya.
Baca: OPS Patuh 2019, Ini Sasaran Prioritas Polres Pinrang
Tidak berapa lama kemudian, Pak Sadly AD (Kepala Sekretariat Rektorat yang duduk di dekat pintu masuk ruang kerja Pak Amir, kini Prof Drs MPA, mantan Rektor PTS, sudah pensiun) disuruh memanggil kembali Pak Anwar Arifin. Yang dipanggil pun heran.
“Ada apa, saya dipanggil lagi?,” begitu kira-kira batin Pak Anwar Arifin bergejolak.
Ternyata setiba di ruang kerja Pak Amir, beliau menyodorkan sebuah amplop kecil (tentu berisi duit) dan meminta Pak Anwar Arifin mengantar ke tempat saya dirawat.
Saya sedang tidur ketika Pak Anwar Arifin membesuk saya. Saya tahu amplop itu dari Pak Amir, karena ada catatan kecil Pak Anwar Arifin di bagian luarnya.
Setelah peristiwa ini saya belum pernah bertemu dengan Pak Amir, ketika suatu sore menghadiri acara buka puasa di Gedung Pertemuan Ilmiah Unhas Kampus Tamalanrea, saat Unhas belum pindah (pindah resmi Unhas 1988).
Karena belum ada angkutan kota yang masuk hingga ke dalam kampus, saya berjalan kaki di sebelah kiri jalan di pintu I Unhas sekarang.
Tiba-tiba sebuah mobil sedan merah merek Kingswood mengerem di samping saya.
“Ayo, naik!,” titah sang “driver” yang ternyata Pak Amir mengemudikan sendiri kendaraan dinasnya karena tidak mau mengganggu Pak Syamsuddin Tarang, sopir pribadinya, di luar jam kerja.
“Kamu harus jaga kesehatan,” hanya itu pesan Pak Amir dalam perjalanan menjadi penumpang (duduk di depan sebelah kiri) mobil dinas Rektor Unhas yang untuk pertama dan terakhir kali saya tumpangi itu.
Baca: Dewan Pertimbangan Presiden Temui Bupati Toraja Utara, Ini Dibahas
Itulah Pak Amir, sosok yang sangat disiplin, tegas, bergeming pada prinsip, tidak mau kalah kalau itu dianggapnya benar, dan inovatif.
Cerita tegas dan kerasnya prinsip Pak Amir sudah jadi buah bibir hingga kini. Tetapi, beliau adalah seorang yang sangat humanis.
Dalam suatu percakapan menjelang giliran saya menjadi “driver”-nya ketika akan menghadiri Ulang Tahun “Identitas” di Gedung Rektorat Unhas suatu malam 2011, Pak Amir saya tanya secara lengkap ikhwal cerita rencana membangun Kampus Tamalanrea.
“Saya termasuk yang menolak rencana Pak Amir memindahkan kampus dulu karena berpikir masalah transportasi, Pak Amir,” kata saya setelah beliau bercerita.
Beliau tidak menanggapi, kecuali terkekeh mendengar ungkapan hati seorang yang pernah dimarahinya.