Beginilah Ulah 'Penumpang Gelap' yang Rugikan Prabowo Subianto dan Gerindra, tapi Dibikin Gigit Jari
Beginilah ulah "penumpang gelap" yang rugikan Prabowo Subianto dan Partai Gerindra, tapi dibikin gigit jari.
TRIBUN-TIMUR.COM - Beginilah ulah "penumpang gelap" yang rugikan Prabowo Subianto dan Partai Gerindra, tapi dibikin gigit jari.
Siapa sih "penumpang gelap" itu yang sedang ramai dibahas?
Diduga ada "penumpang gelap" di kubu Prabowo Subianto dan Partai Gerindra.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Rachmawati Soekarnoputri memastikan bahwa pihaknya tetap waspada setelah dugaan adanya ""penumpang gelap"" di kubu Prabowo Subianto saat menjadi calon Presiden RI pada Pilpres 2019.
Meskipun demikian, ia mengakui bahwa adanya "penumpang gelap" merupakan suatu dinamika dalam berpolitik.
"Penumpang gelap", kata dia, selalu ada di mana pun.
"Orang yang artinya kaki kanan di sana, kaki kiri di sini. Biasa. Tapi Insya Allah kami tetap mewaspadai karena supaya menjadi cita-cita, visi misi partai ke depan bisa berjalan dengan baik dan mulus," ujar

di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (12/8/2019).
Menurut dia, munculnya "penumpang gelap" yang dimaksud dikarenakan terdapat semacam distorsi untuk memutarbalikkan keadaan.
Terutama untuk mengacaukan situasi dalam pelaksanaan Pilpres 2019.
"Kalau tidak suka ke sana, itu tentu ada alasan. Nah itu kami harus bisa berlapang dada untuk menerima semua masukan atau kritikan baik yang setuju merapat, setengah setuju atau tidak setuju sama sekali," kata dia menerangkan.
Ulah "Penumpang Gelap" di Pilpres
Keberadaan "penumpang gelap" di kubu Prabowo Subianto awalnya diungkapkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.
Menurut Sufmi Dasco Ahmad, "penumpang gelap" itu kerap menyudutkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Partai Gerindra pada Pilpres 2019.
Prabowo Subianto kesal karena ulah para "penumpang gelap" itu.
Mantan Danjen Kopassus itu, kata Sufmi Dasco Ahmad, ingin membuat para "penumpang gelap" tersebut gigit jari.
Sufmi Dasco Ahmad menceritakan, langkah pertama Prabowo Subianto yang tak diduga-duga kelompok "penumpang gelap" tersebut, adalah meminta para pendukungnya agar tak menggelar unjuk rasa saat sidang sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK).

Putusan ini, kata Sufmi Dasco Ahmad, bikin para "penumpang gelap" itu gigit jari.
"Itu di luar dugaan banyak orang, itu namanya "penumpang gelap" gigit jari," kata Sufmi Dasco Ahmad.
Langkah Prabowo Subianto berikutnya adalah memutuskan untuk bertemu presiden terpilih Joko Widodo.
Langkah ini, kata Sufmi Dasco Ahmad, juga membuat para "penumpang gelap" itu ngenes.
Posisi Partai Gerindra Saat Ini
Rachmawati Soekarnoputri menampik Partai Gerindra merapat pada kubu koalisi.
Menurut dia, partai berlambang burung garuda ini tetap menjadi partai oposisi.
"Masih sampai saat ini (jadi oposisi)," ujar dia.
Dirinya berpandangan, lebih tepat rasanya Partai Gerindra menjadi opisisi sebagaimana sejak awal dilahirkan memiliki visi sebagai antitesa dari pemerintahan.
"Sebaiknya di luar sistem pemerintahan (oposisi) karena kita akan memperbaiki sistem. Dan saya selalu mengatakan sejak awal Partai Gerindra itu sudah memposisikan diri sebagai antitesa dari pada sistem sekarang. Karena sistem yang sekarang ini adalah diametral (bertentangan) dengan UUD 1945," jelasnya mengatakan.
Lebih lanjut, ia mengatakan, jika pun hendak merapat, perlu pembahasan secara konfrehensif untuk memutuskan sikap politik Partai yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dalam periode pemerintahan kedua Joko Widodo.
"Belum, kalau kita secara perkenalan itu biasa. Dalam kita mengambil sikap politik juga harus dibahas dipikirkan secara komprehensif baik manfaat maupun nanti apakah merapat," kata anak ketiga Presiden pertama RI Soekarno ini.
Penjelasan Fadli Zon
Sebelumnya diberitakan, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menegaskan, sampai saat ini partainya belum memutuskan apakah akan bergabung dengan koalisi partai politik pendukung pemerintah atau berada di oposisi.
Fadli Zon hanya memastikan, apakah akan berada di dalam pemerintahan atau oposisi, partainya sudah mempersiapkan mekanisme masing- masing.
"Saya kira, sikap kami mengedepankan kepentingan nasional. Itu sikap kami," kata Fadli Zon saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/8/2019).
"Bahwa nanti ada di dalam pemerintahan atau di luar pemerintahan, itu sudah ada mekanismenya, tergantung apakah kita berbuat di dalam atau lebih efektif di luar. Itu belum kami putuskan finalnya," lanjut dia menuturkan.
Meski demikian, apabila bergabung ke koalisi partai politik pendukung pemerintah, partainya tetap akan vokal dalam menyuarakan aspirasi rakyat.
"Kalau saya akan menyuarakan kepentingan rakyat, konsituen saya," ujar dia.
Fadli Zon mengatakan bahwa menyuarakan aspirasi rakyat dan mengkritisi kebijakan pemerintah merupakan tugasnya sebagai wakil rakyat di DPR. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari tubuh seorang wakil rakyat.
"Ya saya bekerja kalau sebagai DPR, ya sesuai kepentingan rakyat, ya suara konsituen ya. Itu perintahnya konstitusi," lanjut dia mengatakan.
Wacana merapatnya Partai Gerindra ke koalisi partai politik pendukung pemerintah muncul setelah Pemilu 2019 usai dan pasangan Joko Widodo - Maruf Amin dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2019.
Isu itu semakin menguat setelah Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus rival Jokowi dalam Pilpres 2019 Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di kediaman Megawati, di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019) lalu.(*)