Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ini 5 Mitos Negatif Daging Kambing Saat Idul Adha, dari Kolesterol Tinggi hingga Bahaya Hipertensi

Potongan daging itu dihamparkan di tanah rumput, alas daun sekedarnya, di kardus bekas atau terpal bekas pakai yang tidak dicuci dulu.

Editor: Arif Fuddin Usman
tribunstyle.com
Ini 5 Mitos Negatif Daging Kambing Saat Idul Adha, dari Kolesterol Tinggi hingga Bahaya Hipertensi 

Ini 5 Mitos Negatif Daging Kambing Saat Idul Adha, dari Kolesterol Tinggi hingga Bahaya Hipertensi

TRIBUN-TIMUR.COM - Besok hari Minggu (11/8/2019) adalah hari Idul Adha bagi umat muslim sedunia.

Tentu bakal banyak kambing, domba atau sapi yang disembelih untuk berkurban.

Nah ada beberapa informasi yang biasa diyakini masyarakat dari penyembelihan hewan kurban.

Bagaimana kebenaran informasi tersebut? Berikut penjelasannya dari berbagai sumber.

1. Bau prengus Daging kambing dan domba

Memang setelah disembelih, daging kambing dan domba lebih berbau menyengat atau biasa disebut bau prengus.

Ternyata munculnya bau prengus pada kambing atau domba yang terlalu kuat itu karena disembelih dengan tidak tepat.

Apalagi jika proses pengulitan dilakukan secara tidak baik dan tercemar dengan isi perut, akan memperkuat bau tersebut.

2. Tak perlu dicuci karena bakal dimasak

Sudah biasa dilakukan masyarakat, bahwa daging kurban yang sudah dipotong-potong, hamparkan begitu saja tanpa alas yang bersih dan memadai.

Potongan daging itu dihamparkan di tanah rumput, alas daun sekedarnya, di kardus bekas atau terpal bekas pakai yang tidak dicuci dulu.

Hal itu dianggap tidak berbahaya, karena nantinya dagin-daging itu akan dimasak dalam air mendidih menjadi gule dan sebagainya.

Padahal sebenarnya, penanganan potongan daging yang sembarangan itu akan membuat kuman-kuman melepas racun.

Nah, kondisi inilah yang justru bisa membahayakan pencernaan manusia.

Jadi meski mati karena dimasak dalam air mendidih yang lama, sebelumnya kuman-kuman sudah berkembang biak dan mengeluarkan racun.

3. Tak perlu dicuci karena bikin keras

Masyarakat juga sudah terbiasa tidak mencuci daging kurban.

Karena hal itu dianggap akan membuat daging menjadi keras dan berkurang rasanya.

Padahal daging kotor tetap harus dicuci dulu agar kotoran dan debu yang melekat tidak terbawa ke dalam masakan.

Pencucian daging kotor itu juga tak ada hubungannya dengan rasa daging nantinya.

4. Daging kambing mengandung kolesterol tinggi

Selama ini daging kambing dipercaya punya kandungan kolesterol sangat tinggi dan menyebabkan hipertensi.

Namun secara kandungan nutrisi, ternyata kandungan kolesterol daging kambing dan domba mirip dengan daging sapi.

Bahkan secara fakta kadar kolesterol daging kambing agak lebih rendah dibandingkan daging sapi.

Penyebab hipertensi sebenarnya adalah cara memasaknya.

Biasanya dengan menambahkan banyak garam, santan kental dan banyak, serta dimasak lama atau dipanaskan berulang-ulang.

Belum lagi lemak yang ikut dimasak karena dianggap menambah rasa gurih masakan.

Selain itu, dalam jenis daging merah seperti daging kambingdan sapi, kadar lemaknya juga tinggi.

Jika daging merah diolah dengan bahan yang memiliki kadar lemak tinggi juga seperti santan dan minyak, maka kadar lemak dalam olahan tersebut akan meningkat.

5. Penderita hipertensi dilarang makan daging kambing

Penjelasan di atas tentu membuat penderita hipertensi tidak dilarang makan daging kambing, asal jumlahnya dalam porsi wajar.

Selain itu pilih masakan daging kambing yang tidak bersantan dan tidak ditambahkan banyak garam, misalnya sate atau steak.

Lalu cara masak yang tidak menggunakan bahan minyak, apakah digoreng atau disantan. (*)

Artikel ini telah tayang di Nextren.com dengan Judul "5 Mitos Negatif Daging Kambing Kurban dan Fakta-faktanya"

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved