Kabar Buruk Bagi Petani Kelapa Sawit di Sulbar, Harga TBS Kian Merosot
Penurunan harga tersebut menjadi kabar buruk bagi petani sawit di Provinsi ke-33 di Indinesia ini.
Penulis: Nurhadi | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Harga Tandang Buah Segara (TBS) kelapa sawit di Provinsi Sulawesi Barat, kian merosot.
Penurunan harga tersebut menjadi kabar buruk bagi petani sawit di Provinsi ke-33 di Indinesia ini.
Kopel : Masih Ada Aktor Kunci Belum Dihadirkan Pansus Hak Angket DPRD Sulsel
Pansus Angket Target Buat Kesimpulan Hasil Penyelikan Gubernur dan Wagub 10 Hari ke Depan
Mbah Moen Wafat di Mekkah, GP Ansor Berduka
VIDEO: Pleno Penetapan Calon Ketua DPRD Luwu Utara
Hera, Ajudan Istri Gubernur Sulsel, Masih Jomblo Lho!
"Hari ini kita sudah menetapkan TBS kelapa sawit Provinsi Sulawesi Barat, indeks kita tetapkan hari ini 77,50 persen dengan harga penjualan CPO rata-rata Rp 5.000,96,9 sen,"kata Plt Sekertaris Dinas Perkebunan Sulbar, Kimoto Bado, usai memimpin rapat penetapan TBS di Aula Hotel Berkah, Mamuju, Selasa (6/8/2019).
Sementara harga inti sawit rata-rata saat ini sebesar Rp 2.170,64 sen.
"Sehingga harga TBS yang kita berlakukan saat ini, itu untuk umur 10-20 tahun, adalah Rp 933,91 sen per kilogram,"jelasnya.
Dibanring dengan harga TBS bulan lalu pada umur 10-20 tahun, Rp 950,59 sen.
"Memang pada bulan ini harga CPO turun dibanding bulan lalu, begitu juga harga inti sawit ada penurunan sehingga kita hanya bisa mendapatkan harga TBS Rp 933,91 sen,"ujarnya.
"Jadi memang ada penurunan harga CPO baik secara nasional maupun internasional, masih lesuh pasaran kita di luar negeri,"sambungnya.
Dikatakan, patokan penjualan CPO berpatokan pada harga penjualan di atas kapal, bukan perusahaan yang langsung melakukan ekspor.

"Perusahaan yang hadir memasukan harga ada enam perusahaan, diantaranya PT Unggul Lestari, PT Manakarra Unggul Lestari, PT Letawa, PT Pasangkayu, PT Surya Raya Lestari, PT Wahana dan PT Global,"sebutnya.
Ia mengatakan, dengan menurunnya harga TBS tim penetapan TBS hanya bisa mendorong peningkatan produksi petani, melalui pemupukan ruting.
"Karena yang membuat petani kasian, kalau harga turun, jumlah produksi juga rendah, sehingga kita dorong pemeliharaan tanaman,"tuturnya. (tribun-timur.com)
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @nurhadi5420
Follow akun instagram Tribun Timur:
Kopel : Masih Ada Aktor Kunci Belum Dihadirkan Pansus Hak Angket DPRD Sulsel
Pansus Angket Target Buat Kesimpulan Hasil Penyelikan Gubernur dan Wagub 10 Hari ke Depan
Mbah Moen Wafat di Mekkah, GP Ansor Berduka