Kementan-FAO Rumuskan Strategi Penanganan Ulat Grayak Baru Pada Jagung
Kementan-FAO Rumuskan Strategi Penanganan Ulat Grayak Baru Pada Jagung
TRIBUN-TIMUR.COM - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) melaksanakan pertemuan Perumusan Strategi dan Program Nasional Pengendalian Fall Armyworm di Indonesia pada tanggal 31 Juli hingga 2 Agustus 2019 di Bandar Lampung.
Pertemuan ini guna merumuskan penanganan serius terhadap hama baru pada tanaman jagung, yakni hama Spodoptera frugiperda atau ulat grayak frugiperda (UGF) agar tidak mengancam kesejahteraan petani jagung di nusantara.
Hadir pihak Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura dari 14 provinsi, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina Pertanian dan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dengan narasumber dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Lampung (UNILA), serta tenaga ahli FAO.

Penanganan hama pada jagung ini harus dimulai dengan identifikasi yang merupakan poin kritis untuk memetakan penyebarannya. Identifikasi juga menjadi kunci pelaksanaan upaya pengelolaan hama.
"Ada beberapa ciri khusus yang menandai spesies ini dan yang paling mudah dilihat adalah terdapat huruf Y terbalik berwarna cerah pada bagian kepala dan terdapat empat titik hitam pada abdomen ke delapan yang membentuk kotak," demikian dikatakan pengajar dari IPB, Dewi Sartiami.
"Selain itu ditambah dengan mengamati keberadaan garis pucat di bagian lateral, garis cerah di bagian samping tubuh, serta garis tebal berwarna gelap menyerupai pita di bagian samping tubuhnya," tambahnya.
Sementara itu, Guru Besar dari Universitas Gajah Mada, Prof Y. Andi Trisyono menyebutkan identifikasi awal dapat dilakukan dengan melihat gejala pada tanaman jagung yang terserang. Tanaman jagung terserang Spodoptera frugiperda akan meninggalkan alur bekas gorokan larva muda yang menyebabkan daun terlihat transparan.
"Daun pun terlihat berlubang, titik tumbuh terpotong atau berlubang, serta banyak ditemukan kotoran yang bentuk dan warnanya menyerupai serbuk gergaji," sebutnya.
Langkah Pengelolaan
Kepala Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Serealia Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementan, Deddy Ruswansyah menuturkan pengelolaan hama dapat dilaksanakan dengan efektif apabila mengenali dengan baik hama sasaran. Langkah mendesak yang perlu segera dilaksanakan adalah peningkatan kemampuan petugas lapangan (POPT dan PPL) dan petani tentang S.frugiperda.
"Dengan dilaksanakannya pertemuan ini diharapkan seluruh pihak dapat berkontribusi secara aktif dalam upaya merespon masuknya UGF di Indonesia," tuturnya.
Upaya Pengendalian
Menurut Deddy, ada beberapa macam pilihan teknologi pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalian ulat grayak ini. Di antaranya pengendalian mekanik, pengendalian hayati, kultur teknis, dan aplikasi insektisida.
"Pengendalian mekanik dilakukan dengan pengumpulan kelompok telur, larva dan pupa kemudian dimusnahkan," ujarnya.
Sementara pengendalian hayati, sebut Deddy, yakni dengan konservasi musuh alami, seperti memasukkan kelompok telur dalam tabung parasitoid, menanam tanaman refugia dan mengurangi pemakaian herbisida. Beberapa entomopatogen yang dilaporkan bisa menekan populasi UGF adalah Metarhizium rileyi dan Bacillus thuringiensis.