OPINI
Membumikan Keteladanan Gubernur Amiruddin
Ditulis dosen Ilmu Komunikasi Unhas Dr Hasrullah menanggapi opini di koran ini yang ditulis AM Sallatu di halaman opini koran Tribun Timur.
Pergelutan karakter kepemimpinan dan yang dimiliki Pak Amir merupakan wujud bijak yang menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Perpaduan seni dan keilmuan yang telah diwariskan sudah sewajarnya tidak dicedarai sebagai anak didik yang kini telah berkiprah di pemerintahan dan masyarakat.
Diksi karakter dan seni yang digemakan AM. Sallatu, jangan hanya sebatas bacaan artikel koran, tapi perlu diresapi untuk diimplementasikan dalan kehidupan sehari-hari.
Apalagi, teori-teori pembentukan opini publik seperti ditelorkan Doris Graber “Media Power in Politics” sejak tahun 1984, bahwa media massa ditambah dengan media sosial yang tidak bertepi, fungsi dapat menaikkan-menjatuhkan citra diri seorang pemimpin.
Opini publik, bagaikan mata pisau bermata ganda. Bila positif tentu akan melahirkan decak kagum bahwa pemimpin tersebut membawa bau wangi hingga akhir hayatnya.
Sebaliknya ketika opini sudah berbau busuk akibat ketidak mampuan menjalankan pemerintahan.
Pemuda Toraja Ini Juara Roaster Kopi Terbaik Indonesia
10 Kasus Pencabulan Sedarah di Indonesia 2019, Tragis! Ada Gadis Digilir Ayah, Kakak, dan Adiknya
Apalagi ada aroma tidak sedap praktik KKN, maka sudah dapat dipastikan nama baik selama ini dimiliki akhirnya jatuh tersungkur karena opini publik sudah tidak mempercayai lagi.
Maka tulisan senior saya, tekanannya kepada karakter dan bijak akan melengkapi deretan gelar begitu banyak yang disandang sebagai pemimpin yang dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Bukankah ketika mahasiswa diuji kapasitas inteketualnya, baik itu ; skripsi, tesis, dan disertasi, maka diakhir ujian seorang pembimbing dan promotor mengatakah: ujian akademik sudah Anda lalui.
Tapi yudisium terakhir ada di palagan masyarakat. Begitukah pemimpin yang berada di depan mata kita? Bravo Gubernur Amiruddin!!!