Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

TRIBUNWIKI: Hipotermia Jadi Trending di Google, Apa Itu? Ini Bahaya dan Cara Pencegahannya

Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
KOMPAS.COM
Hipotermia Jadi Trending di Google, Apa Itu? Ini Bahaya dan Cara Pencegahannya. Apa itu Hipotermia? 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Hipotermia menjadi trending topic google, Rabu (24/7/2019).

Pembahasan tentang hipoteemia ini ramai diperbincangkan oleh warganet.

Salah seorang wanita pendaki sedang mengalami hipotermia.

Baca: PSM Tanpa Marc Klok, Persija Optimistis Kalahkan Juku Eja di Makassar dan Rebut Gelar Treble Winners

Baca: Lepas KK Team di Ajang DNC 2019, Ketua PSSI Makassar Berharap Sejarah Manis 2005 dan 2011 Terulang

Untuk menyelamatkan nyawanya, wanita tersebut disetubuhi agar suhu tubuhnya tetap hangat.

Dilansir dari Serambinews, menanggapi cerita tersebut, Kompas.com pada Selasa (23/7/2019) mengonfirmasi Sudiyono, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

Ia mengatakan bahwa cerita tentang perempuan pendaki hipotermia yang disetubuhi tersebut belum tentu terjadi di Rinjani.

"Belum tentu, kalau saya tidak yakin itu terjadi di situ (Rinjani)," kata Sudiyono.

Dia mengatakan, kawan-kawan guide dan pramuantar di Gunung Rinjani juga memprotes berita yang diceritakan seolah-olah terjadi di Rinjani itu.

Padahal, jalur pendakian Rinjani baru saja dibuka kembali setelah gempa mengguncang Lombok beberapa bulan lalu.

Kentungan Dia juga mengatakan bahwa di jalur Sembalun ada perempuan guide sehingga perempuan pendaki bisa lebih nyaman saat mendaki.

Terkait hipotermia, Sudiyono mengatakan saat berada di ketinggian, suhu tubuh seseorang bisa saja turun dan mengalami hipotermia.

Namun, hal tersebut tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing pendaki.

Untuk itu, Sudiyono mengatakan bahwa seorang pendaki harus memiliki persiapan, salah satunya dengan membawa pakaian hangat dan bekal makanan untuk mencegah hipotermia.

"Orang mendaki ini kan harus persiapan. Maka, ketika check in pack in dan pack out untuk pengecekan barang yang akan naik juga harus ada standar yang harus dipenuhi. Kalau naik tanpa bekal dan segala macam, kan, itu konyol juga," katanya.

Apa Itu Hipotermia?

Dilansir dari wikipedia Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.

Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.

Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C.

Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.

Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.

Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan).

Hipotermi terjadi bila terjadi penurunan suhu inti tubuh di bawah 35 °C (95 °F).

Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh.

Klasifikasi

Hipotermi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber paparan yaitu:

* Hipotermi Primer: terjadi akibat paparan langsung individu yang sehat terhadap dingin.

* Hipotermi sekunder: mortalitas banyak terjadi pada fase ini di mana terjadi kelainan secara sistemik.

Hipotermi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan temperature tubuh, yaitu:

* Ringan = 34-36 °C

Kebanyakan orang bila berada pada suhu ini akan menggigil secara hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih turun lagi, pasien mungkin akan mengalami amnesia dan disartria. Peningkatan kecepatan nafas juga mungkin
terjadi.

* Sedang = 30–34 °C

Terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf secara besar yang mengakibatkan terjadinya hiporefleks, hipoventilasi, dan penurunan aliran darah ke ginjal.

Bila suhu tubuh semakin menurun, kesadaran pasien bisa menjadi stupor,

tubuh kehilangan kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh, dan adanya risiko timbul aritmia.

* Berat =

Pasien rentan mengalami fibrilasi ventrikular, dan penurunan kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk menjadi koma, pulse sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea, dan oligouria.

Manajemen

Pasien dengan hipotermi ringan dapat diterapi langsung di lapangan, yaitu dengan melepas atau menjauhkan benda atau zat yang mendinginkan, kemudian diberi penghangat seperti handuk atau selimut.

Sementara pasien dengan hipotermia sedang atau berat memerlukan perawatan khusus di rumah sakit berupa rewarming atau peningkatan kembali suhu tubuh.

Perawatan ini berupa rewarming aktif yang diikuti rewarming pasif, rewarming aktif yaitu mendekatkan benda hangat atau panas dari luar tubuh yang ditempelkan pada tubuh pasien.

Contohnya yaitu air panas yang sudah dimasukan ke tempat khusus kemudian ditempelkan ke tubuh.

Bila pasien teraba dingin, tetapi sirkulasi masih terjaga dengan baik, maka tugas penolong adalah untuk menjaga agar korban tidak kehilangan panas tubuh lebih banyak, dan berusaha untung menghangatkan (rewarm), bila pasien mengalami cardiac arrest atau henti jantung, maka dilakukan resusitasi jantung-paru dengan modifikasi sesuai dengan prosedur.

Jangan menunda prosedur yang darurat seperti intubasi dan pemasangan kateter, tetapi lakukan secara hati-hati dan terus lakukan monitor terhadap ritme jantung, karena pasien rentan mengalami fibrilasi ventrikular.[7]

Cara cegah hipotermia

Adi Seno Sosromulyono, anggota senior Mapala Universitas Indonesia, saat dikonfirmasi Kompas.com Selasa (23/7/2019), menjelaskan bahwa skin to skin memang salah satu cara untuk mengatasi hipotermia, tapi tidak disetubuhi.

“Cukup berpelukan dalam kantong tidur atau selimut agar panas tubuh penyelamat berpindah ke penyintas atau penderita. Tapi metode ini dipilih jika sudah parah saja,” kata Adi Seno.

Ia juga menjelaskan ada beberapa gejala hipotermia antara lain menggigil, mengigau, tidak fokus, bahkan pingsan.

"Saat menggigil, ini adalah usaha tubuh menaikkan suhu tubuhnya sendiri yang artinya suhu inti menurun," katanya.

Jika terdeteksi gejala hipotermia, harus segera dilakukan pencegahan, seperti pakaian penyintas diganti dengan pakaian yang kering dan hangat, masuk sleeping bag atau selimut thermal, serta diberi asupan makanan minuman hangat.

Jika sedang berada pada suhu rendah, basah atau angin yang kencang, sesama pendaki juga harus saling memperhatikan gejala hipotermia ke masing-masing rekan dan diri sendiri.

"Jika ujung-ujung tubuh, seperti tangan, kaki, telinga, dan hidung terasa beku, itu awal hipotermia. Bisa juga dalam lingkungan es salju sengatan beku atau frost bite. Hipotermia ini tidak terjadi tiba-tiba. Selalu ada gejala," kata Adi Seno.

Untuk menghindari hipotermia, menurut Adi Seno, sebaiknya pendaki menghindari cuaca ekstrem dengan berlindung di tenda dan mengenakan pakaian dan perlengkapan yang sesuai.

Selain itu asupan juga harus cukup sekitar 2.000 hingga 4.000 kalori.

Pendaki juga bisa bergerak karena akan menghasilkan panas yang tersimpan dalam pakaian pelindung yang memadai, seperti jaket dan sarung tangan.

"Jika bergerak harus tahu arah dan tujuannya serta ada perlindungan. Saat bergerak memang cadangan energi tersalurkan, tapi bisa ditambah dengan konsumsi snack. Bergerak ini juga untuk mempercepat ke tempat terlindung," ungkapnya.

Adi Seno menjelaskan jika terjadi badai di ketingian lebih dari 5.000 meter dengan kecepatan angin mencapai 100 km per jam.

Satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah berlindung hingga badai reda.

Sementara itu, Sudiyono berharap agar di Gunung Rinjani ada bungker, yaitu tempat yang permanen untuk petugas.

Bungker tersebut memiliki dua sisi permanen dari tembok sehingga bisa untuk menyalakan perapian agar udara di sekitar hangat jika terjadi kasus hipotermia di Gunung Rinjani.

"Fungsi bungker ini salah satunya untuk mengatasi hipotermia, itu lebih tertutup," kata Sudiyono. (*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul "Kasus Pendaki Setubuhi Cewek di Rinjani karena Hipotermia, Kenali Gejala hingga Cara Mencegahnya"

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved