Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Terungkap Posisi Kursi Paling Tak Aman di Pesawat Setelah Maskapai Keceplosan, Sering Duduk di Situ?

Terungkap posisi kursi paling tidak aman di pesawat gara-gara maskapai keceplosan, Anda sering duduk di situ?

Editor: Edi Sumardi
INSIDEFLYER.NL
Kabin pesawat udara maskapai KLM. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Terungkap posisi kursi paling tidak aman di pesawat gara-gara maskapai keceplosan, Anda sering duduk di situ?

Mungkin ini bisa jadi referensi sebelum Anda bepergian menggunakan jasa pesawat udara.

Baru-baru ini maskapai penerbangan KLM India keceplosan kasih tahu posisi duduk berbahaya di kursi dalam pesawat.

Namun akhirnya mereka minta maaf telah bocorkan itu.

Sebuah maskapai penerbangan telah meminta maaf setelah membuat tweet informasi tentang kemungkinan besar meninggal jika naik pesawat.

"Berdasarkan study Time, tingkat kematian untuk penumpang yang duduk di bangku bagian tengah pesawat merupakan yang tertinggi. Namun, tingkat kematian untuk penumpang yang duduk di bangku depan risikonya lebih rendah. Lebih minim lagi tingkat kematian bagi penumpang yang duduk di bagian belakang," demikian kicauan akun @KLMIndia.

Sebagaimana dilansir Metro, Kamis (18/7/19), kini KLM India menghapus tweet tersebut setelah menerima reaksi online karena banyak yang bertanya apakah itu tepat.

Baca: 3 Pramugari Ketahuan Lari Tanpa Busana dan Ciuman untuk Melepas Penat Seusai Terbang 14 Jam

Namun, pihak maspakai mengatakan mereka meminta maaf atas posting-an yang mungkin akan membuat ketakutan penumpang umum.

Mereka mengatakan posting-an ini didasarkan pada fakta penerbangan yang tersedia untuk umum, dan bukan pendapat dari maskapai tersebut.

Pihak KLM mengatakan, "Bukan niat kami untuk melukai perasaan siapa pun. Posting-an sejak itu telah dihapus."

Menurut penelitian, tingkat kelangsungan hidup tertinggi adalah bagi mereka yang duduk di bagian belakang pesawat.

Dengan tingkat 69 persen hidup, jika mereka duduk di bagian belakang pesawat, andaikan terjadi kecelakaan.

Namun, ada ketidakspakatan tentang apakah bagian tengah atau depan paling berbahaya.

Baca: Pramugari Ngadu ke Hotman Paris, Diminta Tidur dengan Bos Agar Bisa Terbang, Korban Pun Nangis

Rupanya masing-masing memiliki tingkat kematian berbeda antara mereka yang duduk di paling depan pesawat atau yang duduk di paling belakang pesawat.

Menurut Time, tingkat kematian tertinggi adalah mereka yang duduk di bagian tengah, dan bagian tengah sedikit lebih rendah, paling tidak kursi sepertiga belakang pesawat.

Sedangkan menurut Popular Mechanics, Anda memiliki peluang 49 persen bertahan hidup jika berada di depan, sementara orang-orang yang duduk di tengah antara sayap memiliki peluang 56 persen.

Para ahli mengatakan bahwa Anda mungkin selamat dari kecelakaan jika berada dalam 5 baris di pintu keluar darurat, dengan briefing keselamatan.

Tidak peduli berapa kali Anda pernah mendengar sebelumnya, namun dianjurkan juga baca buku keselamatan, dan tinggalkan barang-barang Anda.

Sejauh ini memang kecelakaan pesawat adalah salah satu yang mengerikan, karena penumpang hanya memiliki satu pilihan ketika kecelakaan terjadi.

Meski demikian, penelitian ini didasarkan pada kemungkinan terkecil penumpang untuk selamat dengan memperhatikan tingkat kecelakaan terjadi.

Misalnya kecelakaan besar yang melibatkan seluruh pesawat kemungkinan semua penumpang sulit untuk menyelamatkan diri dari maut.

Deretan Kecelakaan Pesawat di Dunia

Sejauh ini keberadaan pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines yang hilang di perairan Vietnam belum ditemukan.

Apapun yang akan terjadi, insiden ini seakan menjadi pengingat sejarah panjang dunia penerbangan yang beberapa kali diselingi kecelakaan yang memakan ratusan korban jiwa.

Berikut sejumlah catatan terkait musibah udara fatal yang mengakibatkan sedikitnya 200 orang tewas di tiap insidennya.

3 Maret 1974: Sebanyak 346 orang tewas saat pesawat DC-10 milik maskapai Turkish Airlines mengalami dekompresi mendadak tak lama setelah tinggal landas dari Paris, Perancis dan jatuh di taman Ermeonville, Perancis.

27 Maret 1977: Sebuah Boeing 747 milik maskapai Belanda KLM gagal tinggal landas dari bandara Los Rodeos Tenerife, Spanyol dan menghantam sebuah Boeing 747 milik Pan American World yang masih berada di landas pacu. Korban tewas dari dua pesawat itu mencapai 574 orang.

25 Mei 1979: Sayap kiri DC-10 milik American Airlines terlepas saat hendak tinggal landas dari bandara internasional O'Hare, Chicago, AS. Akibatnya pesawat itu jatuh dan menewaskan 275 orang penumpang dan awak, serta tiga orang lainnya di darat.

28 November 1979: Sebanyak 275 orang tewas saat sebuah DC-10 Air New Zealand menabrak Gunung Erebus di Antartika. Kecelakaan itu diyakini akibat kesalahan navigasi.

12 Agustus 1985: Sebanyak 520 orang tewas ketika Boeing 747 milik Japan Airlines penerbangan 123 jatuh tak lama setelah tinggal landas dari bandara Tokyo. Ajaibnya, empat orang penumpang selamat dari tragedi itu.

26 Mei 1991: 12 menit setelah tinggal landas, Lauda Air penerbangan 004 mengalami kemacetan di udara. Pesawat jenis Boeing 767 itu lalu jatuh 112 kilometer di barat laut Bangkok, Thailand, menewaskan semua 223 penumpang dan kru.

11 Juli 1991: Roda pendarat pesawat DC-8 Nigeria Airways terbakar tak lama setelah tinggal landas dari Jeddah, Arab Saudi. Pesawat itu gagal kembali ke bandara dan jatuh menukik dari ketinggian 10.000 kaki, menewaskan 26i penumpang dan awaknya.

26 April 1994: Pilot China Airlines penerbangan 140 memberitahu menara pengawas di Bandara Nagoya Jepang bahwa pesawatnya tak jadi mendarat dan akan mengulang pendaratan. Namun terjadi kesalahan dan tak lama kemudian Airbus A300 itu jatuh dan menewaskan 264 orang penumpang dan awaknya.

17 Juli 1996: Pesawar TWA 800 meledak di udara tak lama setelah tinggal landas dari bandara internasional John F Kennedy, New York. Semua penumpang dan awaknya tewas. Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) menyimpulkan ledakan berasal dari hubungan pendek listrik di dekat tangki bahan bakar di sayap sebelah kanan.

12 November 1996: Sebuah Boeing 747 milik Saudi Arabian Airlines bertabrakan dengan IL-76 milik Kazakhstan Airlines di atas bandara New Delhi, India menewaskan 349 penumpang dan awak di kedua pesawat nahas itu.

6 Agustus 1997: Penerbangan 801 dari Seoul, Korea Selatan sudah hampir tiba di Guam saat pesawat itu jatuh ke sebuah hutan. Pesawat Boeing 747 itu hancur menewaskan 228 orang sementara 26 orang lainnya selamat.

26 Agustus 1997: Airbus A300 milik Garuda Indonesia penerbangan 152 jatuh di Buah Nabar, menewaskan 234 orang. Tiga tahun kemudian KNKT menyatakan kecelakaan disebabkan hubungan pendek listrik yang memicu ledakan di tangki bahan bakar.

16 Februari 1998: Setelah terbang melewati hujan dan kabut, kru China Airlines dari Indonesia menuju Taiwan meminta pengulangan upaya pendaratan di Bandara Internasional Taipei. Saat memutar, pesawat itu jatuh di permukiman warga menewaskan 196 penumpang dan tujuh orang di warga setempat.

12 September 1998: Sebuah pesawat MD-11 milik Swissair berangkat dari New York menuju Geneva,Swiss. Namun, pesawat itu jatuh di Nova Scotia, Kanada. Seluruh 229 penumpang dan awaknya tewas. Penyidik meyakini pesawat itu kehilangan seluruh daya listriknya beberapa saat sebelum jatuh.

12 November 2001: Beberapa pekan setelah tragedi 11 September, American Airlines penerbangan 587 jatuh di Belle Harbor, Queens, menewaskan 260 penumpang dan lima orang di darat. NTSB memastikan pesawat itu jatuh bukan karena sabotase.

25 Mei 2002: 20 menit setelah tinggal landas, Boeing 747 milik China Airlines penerbangan 611 jatuh ke Selat Taiwan dan mengakibatkan 225 penumpang dan awak tewas. Hasil penyelidikan menunjukkan kecelakaan itu disebabkan kerusakan logam dan retakan di tubuh pesawat nahas itu.

1 Juni 2009: Air France penerbangan 447 sedang dalam perjalanan dari Rio de Janeiro, Brasil menuju Paris saat pesawat berpenumpang 228 orang iotu hilang di atas Samudera Atlantik.

Setelah pencarian selama lima hari, jasad pertama ditemukan sejauh 960 kilometer dari pesisir utara Brasil.

Dua tahun kemudian, pemerintah Perancis menyebut kecelakaan itu disebabkan malfungsi peralatan dan sistem penerbangan.

29 Oktober 2018: Pesawat Lion Air dengan nomer penerbangan JT 610 dikabarkan hilang dari radar setelah lepas landas pukul 06.20 WIB.

Pesawat rute Jakarta-Pangkal Pinang ini terakhir berada dalam jangkauan air traffic control (ATC) pada pukul 06.33 WIB

Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S-107 07.16 E.

Sementara itu lewat rillis yang diberikan Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Direktorat Jendral Perhubungan Udara, Sindu Rahayu, menjelaskan, pesawat tersebut sempat meminta untuk kembali ke i Cengkareng atau return to base (RTB).

Namun belum menjalankan pesawat untuk kembali ke Soekarno Hatta, pesawat tersebut sudah hilang kontak dari ATC.

11 Maret 2019: Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET-302, jatuh di Hejere dekat Bishoftu, sekitar 50 kilometer selatan Addis Ababa, Ethiopia, Minggu (10/32019) pagi.

Sebanyak 157 orang, termasuk seorang warga negara Indonesia (WNI), tewas dalam tragedi penerbangan ini.

Ratusan korban tewas berasal dari 35 negara. Pesawat yang terbang dari Addis Ababa ke Nairobi jatuh tak lama setelah lepas landas.(*)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved