Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ini Rahasia Sukses Radio Gamasi Mengudara Hingga di Usia ke-39 Tahun

'Gaya Makassar Ada di Sini' jargon atau istilah yang tidak asing lagi bagi para 'sambalu' atau pendengar setia Radio Gamasi 105,9 FM.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/MUSLIMIN EMBA
Perayaan HUT ke-39 Gamasi 105,9 FM di kantor Radio Gamasi, Komplek Perumahan Marinda, Jl Veteran Selatan, Makassar, Jumat (28/6/2019) siang. 

"Saya itu mulai hoby menyiar sejak usia 20an tahun sebelum saya menikah, menyiar dari radio-radio liar, kemudian masuk ke Gandaria pada Tahun 1970 dan bergabung di Radio PT Gamasi 1981 hingga sekarang," ungkapnya.

Menjadi seorang penyiar senior kata Daeng Nai tidak cukup hanya dengan menjadikannya sebagai profesi.

Butuh penjiwaan dan rasa cinta terhadap apa yang dilakoni sebagi bagian dari perjalanan hidup.

"Sebenarnya kata bertahan itu bagaimana ya, karena saya ini sudah jiwa acara ini dan bertahan sebagai penyiar hingga sekarang karena saya cinta dengan hoby dan profesi saya ini," ujarnya.

Dibalik pilihan hidupnya bertahan di Gamasi sebagai penyiar senior, Daeng Nai rupanya punya misi yang amat mulia.

Yaitu, mempertahankan kearifan lokal Bugis-Makassar yang menurutnya perlu dijaga agar tetap eksis.

"Dengan program-program Gamasi yang berbahasa lokal Bugis-Makassar, tentunya saya sudah sangat nyaman dengan hoby dan profesi saya ini. Saya ini orang Makassar, kalau bukan kita yang melestarikan bahasan Makassar siapa lagi," tuturnya.

Daeng Nai juga menegaskan, eksistensi Gamasi hingga sekarang tidak terlepas dari pendengar setia Gamasi yang didominasi kalangan umur 40an keatas.

Ia tidak memungkiri, hadirnya media sosial membuat Gamasi kurang dilirik oleh generasi millenial.

Namun, dengan terus berinovasi, kata Daeng Nai, Gamasi akan terus eksis dan perlahan akan dilirik para kaum milenial.

"Kita terus berinovasi denga menyesuaikan kondisi dan kebutuhan publik, insyaAllah generasi milenial kita juga akan mengikut ke pendengar setia kita dari kalangan 40an ke atas tampa menghilangkan ciri khas Gamasi yang berbasis kearifan lokal," pungkasnya.

Suka duka menjadi seorang penyiar di Radio Gamasi juga dirasakan Drs Amar Mannaungi (56).

Penyiar yang didaulat membawakan acara Laugi atau acara berbahasa Bugis ini mengaku sudah sangat nyaman dengan profesi samlingannya sebagai penyiar di Radio Gamasi.

Amar Mannaungi, menceritakan kehadirannya bergabung di radio Gamasi sebagai penyiar pertama untuk program Laugi yang dimnuculkan pada tahun 2015 silam.

"Saat itu saya dihubungi oleh beliau (Pendiri Gamasi, Hamid) katanya ada program acaranya yang sedikit timpang dan butuh penyiar yang bisa berbahasa bugis, kebetulan saya ini asli Bugis Sengkang, dari situ saya mulai coba-coba dan akhirnya nyaman hingga sekarang," ujarnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved