Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Akhirnya Terungkap Penyebab 500-an Petugas KPPS Meninggal, Ternyata Bukan Karena Diracun

Akhirnya terungkap penyebab 500-an petugas KPPS meninggal, ternyata bukan karena diracun seperti kata Rachmat Baequni.

Editor: Edi Sumardi
TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi 

TRIBUN-TIMUR.COM - Akhirnya terungkap penyebab 500-an petugas KPPS meninggal, ternyata bukan karena diracun seperti kata Rachmat Baequni.

Lama jadi misteri, penyebab meninggalnya ratusan petugas KPPS akhirnya terungkap.

Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada ( UGM ) mengungkap penyebab meninggalnya 527 jiwa (data Kementerian Kesehatan RI) petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara ( KPPS ).

Berdasarkan kajian yang dilakukan tim peneliti, tidak ditemukan adanya racun yang menyebabkan meninggalnya KPPS.

Namun demikian, hasil penelitian menunjukan bahwa KPPS meninggal disebabkan karena sejumlah penyakit.

"Data kami menunjukan bahwa semua yang meninggal itu disebabkan oleh penyebab natural. Semuanya disebabkan oleh problem kardiovaskuler, entah jantung, stroke atau gabungan dari jantung dan stroke," kata Koordinator Peneliti UGM, Abdul Gaffar Karim di gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2019).

"Kami sama sekali tak menemukan indikasi misalnya diracun atau sebab-sebab lain yang lebih ekstrim," sambungnya mengatakan.

Selain itu, berdasarkan hasil otopsi verbal yang dilakukan tim peneliti, ditemukan bahwa rata-rata beban kerja petugas KPPS sangat tinggi.

Tidak hanya selama hari pemungutan suara, tetapi juga sebelum dan sesudahnya.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa tuntutan dan keterlibatan petugas KPPS sangat tinggi sehingga menyebabkan kelelahan yang berujung pada sakit atau bahkan kematian.

"Mereka merasakan, menilai, tuntutan untuk mengerjakan tugas sebagai petugas Pemilu di lapangan berat, tinggi. Tuntutannya tinggi, keterlibatannya tinggi, sehingga secara psikologis juga muncul kelelahan di atas rata-rata," kata Peneliti Fakultas Psikologi UGM Faturcohman.

Tim peneliti juga menemukan adanya kendala terkait bimtek atau bimbingan teknis, logistik, dan kesehatan masing-masing petugas KPPS.

Sehingga, menurut Gaffar, bisa dikatakan bahwa dampak beban kerja yang terlalu tinggi dan riwayat penyakit yang diderita KPPS sebelumnya menjadi penyebab atau meningkatkan risiko terjadinya kematian dan sakitnya petugas KPPS.

Ditambah lagi dengan lemahnya manajemen risoko di lapangan yang menyebabkan sakitnya petugas KPPS tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian.

"Jadi temuan kami, (KPPS) yang tidak ada penyakit dan misalnya bisa menghandle tekanan-tekanan dengan baik, itu mereka tidak mengalami peristiwa (kematian dan sakit)," ujarnya.

Untuk diketahui, penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti UGM lintas fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), dan Fakultas Psikologi. Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Dari 11.781 TPS yang tersebar di seluruh DIY, tim peneliti melakukan penelitian di 400 TPS.

Adapun dari sekitar 400 petugas KPPS yang meninggal, 12 di antaranya berasal dari DIY.

Rahmat Baequni: Diracun

Sebelumnya, seorang penceramah, Rahmat Baequni menyebarkan informasi tentang penyebab kematian 500-an petugas KPPS karena diracun, melalui ceramahnya.

Dalam ceramahnya, Rahmat Baequni mengatakan, "Bapak ibu, boleh saya cerita bapak ibu? Seumur-umur Pemilu dilaksanakan, jujur, boleh saya jujur? Nggak apa-apa ya?"

"Bapak-bapak ada yang sudah senior, nggak sebut sepuh karena berjiwa muda. Seumur-umur kita melaksanakan Pemilu, pesta demokrasi, ada tidak petugas KPPS yang meninggal?

"Tidak ada ya? Tidak ada. Tapi kemarin, ada berapa petugas KPPS yang meninggal? 229 orang? Itu dari kalangan sipil, dari kepolisian berapa yang meninggal? Jadi total berapa? 390 orang meninggal."

"Sesuatu yang belum pernah terjadi dan ini tidak masuk di akal. Bapak ibu sekalian, ada yang sudah mendapat informasi mengenai ini? Tapi ini nanti di-skip ya. Bapak ibu sekalian yang dirahmati Allah, ketika semua yang meninggal ini dites di lab, bukan diautopsi, dicek di lab forensiknya, ternyata apa yang terjadi?"

"Semua yang meninggal ini, mengandung dalam cairan tubuhnya, mengandung zat yang sama, zat racun yang sama. Yang disebar dalam setiap rokok, disebar ke TPS."

"Tujuannya apa? Untuk membuat mereka meninggal setelah tidak dalam waktu yang lama. Setelah satu hari atau paling tidak dua hari. Tujuannya apa? agar mereka tidak memberikan kesaksian tentang apa yang terjadi di TPS."

Rahmat Baequni
Rahmat Baequni (TRIBUNNEWS.COM)

Ceramah Rahmat Baequni terekam dan videonya menyebar melalui media sosial.

Salah satu akun yang jadi tempat mengunggah adalah akun Twitter @narkosun.

Polisi kemudian menelaah isi ceramah Rahmat Baequni dan memastikannya sebagai informasi bohong atau hoax.

Pada Kamis (20/6/2019) malam, polisi dari Polda Jabar menangkap Rahmat Baequni sebagai tersanya penyebar hoax, di rumahnya, Jalan Parakan Saat II, Sindanglaya, Cisaranteun Endah, Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat. 

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, penangkapan Rahmat Baquni berdasarkan maraknya informasi bohong di media sosial yang disampaikan tersangka.

"Ini merupakan suatu berita bohong dan kami sangat sayang kan sekali, maka dalam hal ini Polda Jabar Direskrimsus lanjut untuk melakukan proses penyidikan bersangkutan," kata Truno di Mapolda Jawa Barat.

"Untuk alat bukti jelas kita ada jejak digital dari berbagai netizen, dari netizen menyampaikan juga keresahannya bahwasannya yang bersangkutan menyebarkan berita atau informasi bohong dan menimbulkan keresahan yaitu dengan menyebutkan atau berita yang disampaiakan itu," tambahnya mengatakan.

Rahmat Baequni dalam pengakuannya mengatakan, dirinya menyebut petugas KPPS meninggal karena diracun berdasarkan informasi yang dia peroleh melalui media sosial.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved