Lebaran 2019
Lebaran Tak Lengkap Tanpa Ketupat, Ternyata Begini Asal usulnya, Dikenalkan Salah Satu Wali Songo
Lebaran 2019 atau Idul Fitri rasanya kurang lengkap tanpa ketupat yang dihidangkan bersama berbagai hidangan lain, seperti Opor Ayam.
Beras dalam ketupat melambangkan nafsu. Salah satu versi sejarah meyakini bahwa janur merupakan singkatan dari jatining nur, ungkapan bahasa Jawa yang berarti hati nurani.
Dengan kata lain, ketupat merupakan perlambangan nafsu dan hati nurani. Manusia diharapkan mampu menahan nafsu dunia dengan hati nurani mereka.
Sementara itu, dalam bahasa Sunda, ketupat kerap disebut kupat.
Orang Sunda percaya, ketupat mengingatkan manusia untuk tidak mengumpat atau berbicara hal buruk pada orang lain.
Dalam bahasa Jawa, ketupat juga menjadi semacam frasa yang merujuk ke ungkapan ngaku lepat atau mengaku salah.
Ada pesan tersirat yang menganjurkan manusia untuk meminta maaf saat melakukan kesalahan.
Perilaku ini telah menjadi kebiasaan atau tradisi pada Syawal atau Idul Fitri pertama, dan akhir bulan puasa ditandai dengan makan ketupat bersama dengan beberapa lauk.
Ketupat digunakan sebagai simbol pengakuan bagi Tuhan dan manusia.
"Selain ngaku lepat, ketupat juga diartikan sebagai laku papat (empat keutamaan). Laku papat terdiri dari empat tindakan, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan," tulis jurnal tersebut.
Lebaran, yang berarti lebar, berarti pintu permintaan maaf telah terbuka lebar.
Ketika manusia mengampuni orang lain, mereka menerima banyak berkah.
Kata lebaran juga merujuk pada kata lebar dalam bahasa Jawa yang bermakna, "sesudah selesai".
Bulan puasa telah berakhir dan itu dirayakan dengan makan ketupat.
Luberan berarti "berlimpah," yang memberikan pesan untuk membagikan aset mereka dengan orang yang malang melalui amal.
Leburan berarti saling memaafkan.