Kisah Tio Nugroho Mualaf Usai Dengar Kumandang Azan, Ternyata Begini Efek Gelombang Suara Azan
Kisah Tio Nugroho Mualaf Usai Dengar Kumandang Azan, Ternyata Begini Efek Gelombang Suara Azan
TRIBUN-TIMUR.COM - Kisah Tio Nugroho Mualaf Usai Dengar Kumandang Azan, Ternyata Begini Efek Gelombang Suara Azan
Di momen akhir bulan Ramadan 2019 / Ramadhan 1440 H, seorang presenter olahraga, Tio Nugroho akhirnya memutuskan untuk menjadi mualaf atau memeluk agama Islam.
Pria bernama lengkap Imanuel Bagus Aditio Nugroho itu ternyata sudah resmi menjadi seorang muslim sejak pengucapan dua kalimat syahadat pada Sabtu (1/6/2019) sore.
Melansir dari Tribunnews, hijrahnya Tio Nugroho itu terjadi di kediaman di kediaman Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin, Jalan Situbondo 12, Menteng, Jakarta Pusat.
Tio Nugroho dengan kerendahan hati menceritakan awal mula keinginannya menjadi muslim.
Tio menceritakan niat pindah agamanya itu setelah pulang siaran di salah satu stasiun televisi, dia bergetar dan panas dingin mendengarkan suara azan subuh.
Baca: TRIBUNWIKI: Profil Hasri Ainun Habibie, Istri BJ Habibie
Baca: Usai Lebaran, Hotel di Makassar Bakal Panen Event Halalbihalal, Ini Nama Hotel yang Siapkan Promo
Baca: Kisah Perantau NTB di Palu, Makan Pisang dan Ambulans Misterius
“Saya pulang dari siaran sepak bola, lalu saat mendengar azan saya merinding. Saya bingung, kok saya bukan muslim tapi merinding. Saya ingin jadi mualaf karena seperti ada panggilan,” tutur Tio.
Menurut Dr. Andri Abdurochman, S.Si., M.T., Dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad, tertarik untuk mengetahui efek gelombang suara pada tubuh manusia.
Pada tahun 2007, ia membandingkan suara bacaan (murattal) Kitab Suci Al-Quran terhadap musik klasik dan musik terapi relaksasi untuk digunakan sebagai terapi menurunkan stres.
“Penelitian menunjukkan, suara bacaan Al-Quran memiliki tingkat relaksasi paling baik dibanding musik klasik atau musik relaksasi lainnya,” ungkapnya.
Hal ini dibuktikan melalui penelitian tahun 2010 yang dilakukannya terhadap beberapa anak-anak dan remaja usia sekolah (SD, SMP dan SMA) dari sebuah Yayasan di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang.
Baca: TRIBUNWIKI: Kompak Berkarier di Amerika Bersama Jessica Jung, Ini Profil Krystal Jung
Baca: ALASAN Prabowo & Sandiaga Uno Tak Hadiri Pemakaman Ani Yudhoyono, Jokowi, Megawati & Habibie Datang
Baca: 187 Personel Satlantas Makassar Tak Nikmati Hari Raya Idulfitri di Kampung Halaman, Ini Penyebabnya
Untuk beberapa waktu, anak-anak ini diberikan musik yang bisa meningkatkan stres.
Dr. Andri pun melakukan perekaman otak si anak untuk mengetahui bagaimana frekuensi gelombang otak yang ditimbulkan dari musik pembangkit stres itu.
Kemudian sang anak diberikan terapi mendengarkan bacaan Al-Quran selama tiga bulan, kemudian diperdengarkan kembali musik yang bisa meningkatkan stres.
Hasilnya menunjukkan, daya tahan anak terhadap stres pada kesempatan kedua jauh lebih kuat daripada pada saat pemberian musik yang pertama jika dilihat dari rekaman gelombang otaknya.