CITIZEN REPORT
Pengalaman Mahasiswa Asal Sulsel Berpuasa dan Wisuda Bulan Ramadan di Amerika Serikat
Laporan Ari Balla, asal Sulawesi Selatan yang mengambil program master double major di Southern Illinois University, AS, pada Linguistics dan TESOL
Penulis: CitizenReporter | Editor: Jumadi Mappanganro
Arief Balla
(Fulbright grantee 2017, program master double major di Southern Illinois University pada Linguistics dan TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages).
Melaporkan dari Amerika Serikat
Minggu final sekaligus minggu terakhir semester Spring tahun ini bertepatan dengan minggu pertama bulan Ramadan tahun 1440 H/2019 M. Minggu final ditandai dengan beban belajar yang meningkat.
Deadline yang terus mengejar dan tes final yang mendebarkan di depan mata.
Pada minggu final, perpustakaan akan buka selama 24 jam. Kampus menyediakan sarapan gratis setiap hari selama seminggu penuh, baik oleh jurusan, fakultas, dan perpustakaan.
Tak jarang ada pula dari pihak swasta, perusahaan minum Red Bull misalnya. Sisanya makanan seperti pizza, roti, snack, dan buah. Tentu perlakuan seperti ini sangat membantu mahasiswa.
Entah mengurangi waktu untuk masak, menghemat biaya, atau meringankan beban stres karena tuntutan tugas dan tes akhir.
Tentu, saya tidak bisa menikmati makanan dan minuman gratis itu, seperti pada semester-semester yang lalu. Alih-alih menikmatinya, saya harus mengatur ulang manajemen waktu saya.
Mengatur waktu ini gampang-gampang susah sebab terkait dengan kebiasaan.
Cerita Pelajar Asal Kota Parepare Merasakan Ramadan di Amerika Serikat
Mobil Gadis Ini Dibobol Maling saat Parkir, Uang Jutaan Rupiah Raib
Pada hari-hari biasanya, saya tidur sekitar pukul satu atau dua dini hari. Tidak melulu karena saya belajar. Tetapi karena memang kebiasaan tidurnya seperti itu.
Apalagi pada musim final. Saya mengerjakan tugas final dan mempersiapkan ujian akhir. Karena perpus buka sampai 24 jam, saya biasanya baru balik 2.30 dini hari.
Saya selalu bersama dengan seorang sahabat saya. Seorang kawan dari Arab. Saya bersyukur ada dia yang selalu mengantar pulang dengan mobilnya.
Meski pulang berjalan kaki dini hari seperti biasa pun tak jadi soal.
Kami memang selalu belajar bareng. Stretagi ini cukup ampuh memahami topik-topik yang kami anggap menantang, untuk tidak menyebutnya susah.
Setidak-tidaknya menurut ukuran otak kami. Tiba di rumah, sahur sudah menjelang.
Sebagai persiapan melewati puasa di musim panas selama kurang lebih 16 jam, asupan makanan dan gizi harus diperhatikan.